TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan Nicolas Maduro menyebut atase militer di kedubes Vanezuela untuk Amerika Serikat sebagai pengkhianat setelah deklarasi dukungan kepada oposisi Juan Guaido.
Menanggapi pernyataan atase militernya di Washington, Caracas menyebut dirinya sebagai pengkhianat.
"Pembangkangan di hadapan kepentingan internasional adalah tindakan pengkhianatan dan pengecut dengan tanah air yang diwarisi dari pembebas kita Simon Bolivar. Karena itu, kami menolak deklarasi yang dibuat oleh Kolonel Jose Luis Silva, yang bertindak sebagai atase militer di Amerika Serikat," tulis kementerian pertahanan Venezuela, dikutip dari Russia Today, 28 Januari 2019.
Baca: Pejabat Militer Venezuela di Amerika Membelot Tinggalkan Maduro
Pengakuan AS terhadap pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela telah menyebabkan perselisihan diplomatik antara AS dan Venezuela.
"Hari ini saya bicara kepada rakyat Venezuela, dan terutama kepada saudara-saudara saya di angkatan bersenjata, untuk mengakui Presiden Juan Guaido sebagai presiden yang sah," kata Kolonel Jose Luis Silva dalam pesan video di kedubes Venezuela, Washington, AS, seperti dikutip dari Reuters, 28 Januari 2019.
Kolonel Jose Luis Silva, atase militer kedubes Venezuela di Washington, AS.[REUTERS]
Silva juga mengatakan pejabat konsulat jenderal Venezuela di Houston dan kota lain di AS juga mengakui Guaido. Namun sejauh ini baru dia yang mengumumkan sikap resminya.
"Petinggi militer dan eksekutif telah menyandera angkatan bersenjata. Ada banyak yang tidak senang," kata Silva. "Pesan saya kepada angkatan bersenjata adalah ini: 'jangan menyakiti rakyat Anda'. Kita diberikan senjata untuk menjaga kedaluatan bangsa kita. Mereka tidak pernah melatih kita untuk mengatakan 'Ini (senjata) untuk menyerang rakyat Anda, untuk membela pemerintahan yang sekarang berkuasa."
Baca: Kronologi Krisis Venezuela dan Manuver Oposisi Hadapi Maduro
Meskipun sejumlah kecil kelompok berpangkat rendah memberontak dari rezim Maduro, namun belum ada pemberontakan militer skala besar.
Sementara Juan Guaido menanggapi pesan Silva di Twitter dan meminta rekan-rekan militer venezuela yang lain untuk mengikutinya membelot dari Nicolas Maduro.
Silva, sama seperti seluruh korps diplomatik Venezuela di AS, menerima perintah dari Caracas untuk kembali ke Republik Bolivarian dalam waktu 72 jam, setelah Presiden Nicolas Maduro memutuskan hubungan dengan Washington.
Namun, Nicolas Maduro merevisi permintaannya bahwa semua staf Kedutaan Besar AS meninggalkan Venezuela pada hari Sabtu dan sebagai gantinya, kedua negara akan mencari kesepakatan untuk menciptakan "kantor utusan dialog" di tempat kedutaan resmi, dan jika kesepakatan tidak tercapai, staf diplomatik yang tersisa dari kedua negara harus kembali ke tanah air masing-masing.