TEMPO.CO, Ankara – Kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, sempat meminta para pembunuhnya untuk membuka kantong plastik dipasang di kepalanya dan membuatnya kesulitan bernapas.
Baca:
Kasus Jamal Khashoggi, Menlu Zarif Sindir Trump karena Sebut Iran
Ini terungkap dari rekaman audio yang didengar jurnalis investigasi media Daily Sabah dan dilansir Al Jazeera. Rekaman audio itu memperdengarkan proses pembunuhan Jamal Khashoggi di kantor Konjen Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.
“Saya tercekik.. Buka kantong plastik ini dari kepala saya. Saya klaustrofobia,” begitu kata Khashoggi seperti terdengar dalam rekaman audio yang didengar jurnalis Daily Sabah dan dilansir Aljazeera pada 11 November 2018.
Baca:
Kasus Jamal Khashoggi, Trump Sebut AS Mitra Kokoh Arab Saudi
Menurut jurnalis Daily Sabah, Nazif Karaman, rekaman audio yang didengarnya dari otoritas keamanan Turki menunjukkan Khashoggi meninggal kehabisan napas karena tercekik kantong plastik yang ditutup di kepalanya. Menurut dia, pembunuhan ini berlangsung selama sekitar tujuh menit.
Presiden Donald Trump menyambut kedatangan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 20 Maret 2018. Lawatan Mohammed bin Salman diperkirakan akan berbicara soal ancaman Iran, termasuk pengaruh dan pengembangan program nuklir Negeri Mullah itu. (AP Photo/Evan Vucci)
Menurut Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, audio rekaman pembunuhan itu telah dibagikan ke sejumlah negara sekutu seperti Prancis, Inggris, Jerman, Amerika Serikat, dan Kanada. Otoritas penegak hukum Saudi, yang menjalin kerja sama dengan Turki untuk menginvestigasi kasus ini mendapat rekaman ini lebih awal.
Baca:
Turki: Ada Bukti Jamal Khashoggi Dibunuh di Konsulat Saudi
Menurut otoritas Turki, tim pembunuh Jamal Khashoggi terdiri dari 15 orang, yang tiba dengan pesawat sewaan Gulfstream pada 2 Oktober 2018 dini hari dan langsung menuju kantor konsulat. Tim, menurut otoritas Saudi, dikirim oleh Deputi Kepala Direktorat Intelijen Umum, Mayor Jenderal Ahmed Al Assiri, yang telah dicopot dari jabatannya pasca kasus ini terungkap ke publik.
Presiden AS, Donald Trump, menyebut pembunuhan itu sebagai hal yang tragis dan buruk tapi tidak mengenakan sanksi apapun kepada pemerintah Arab Saudi. Alih-alih, Trump menyebut Amerika Serikat merupakan mitra kokoh dari Arab Saudi.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (kiri) dan Senator dari Partai Republik, Rand Paul. Slickster Net
Trump menyebut hubungan bisnis AS dan Arab Saudi sangat menguntungkan yaitu mencapai US$450 miliar atau sekitar Rp6.600 triliun. Sekitar US$110 miliar atau sekitar Rp1.600 triliun merupakan pembelian senjata berteknologi canggih buatan perusahaan-perusahaan AS oleh pemerintah Arab Saudi.
Baca:
Jamal Khashoggi Tewas, Sejumlah Kejanggalan Terungkap
Kasus Jamal Khashoggi, Menlu AS Pompeo Disebut Bantu Arab Saudi
Sikap Trump ini menimbulkan kecaman dari sejumlah tokoh politik AS dari Partai Republik dan Demokrat, yang menilai Trump mengedepankan kepentingan Arab Saudi dan bukannya AS.
“Saya meyakini pernyataan ini merupakan Arab Saudi yang pertama dan bukan Amerika yang pertama,” kata Rand Paul, senator asal Partai Republik, lewat akun @RandPaul pada 20 November 2018 waktu setempat soal pernyataan Trump mengenai pembunuhan Jamal Khashoggi di kantor Konjen Saudi di Istanbul, Turki.