TEMPO.CO, Teheran – Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, menyebut pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, sebagai memalukan.
Baca:
Kasus Jamal Khashoggi, Trump Sebut AS Mitra Kokoh Arab Saudi
Ini karena Trump menyatakan dukungan AS sebagai sekutu kokoh Arab Saudi meskipun pembunuhan itu terjadi di kantor Konsulat Jenderal Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.
Dalam pernyataan tertulis yang dilansir Gedung Putih, Trump juga menyebut Iran beberapa kali sebagai musuh dari Arab Saudi sejak paragraf awal pernyataan.
“Trump secara aneh menekankan paragraf PERTAMA dari pernyataannya yang memalukan terkait kekejaman Saudi untuk menuduh IRAN atas setiap kejahatan yang terpikir olehnya,” kata Zarif lewat cuitan di akun Twitter @Jzarif pada Selasa, 20 November 2018.
Zarif juga menyindir Trump apakah itu berarti Iran juga dikaitkan dengan bencana kebakaran luas yang terjadi di negara bagian California Utara dan Selatan baru-baru ini.
Unjuk rasa dari massa yang tergabung dalam koalisi anti peperangan memprotes insiden pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di kedutaan Arab Saudi di London, Kamis, 25 Oktober 2018.
“Mungkin kami juga bertanggung jawab atas kebakaran California karena kami tidak membantu memadamkan hutan – seperti juga orang-orang Finlandia?”
Zarif juga mengecam pernyataan Trump yang kerap menyebut Iran sebagai negara teroris. Menurut Zarif, sebuah negara itu diwakili oleh warganya. “Berulang kali menyebut Iran sebagai bangsa teroris menunjukkan sikap bermusuhan terhadap seluruh bangsa dan mengekspos alasan sebenarnya dari menarget mereka dengan sanksi ilegal Anda. Tapi mimpi politikus garis keras AS untuk mencabut bangsa Iran tidak akan pernah terealisasi,” kata Zarif.
Seperti dilansir Reuters, Presiden Trump, bertekad untuk tetap menjadi mitra kokoh dari pemerintah Arab Saudi terkait kasus pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi.
Baca:
Turki: Ada Bukti Jamal Khashoggi Dibunuh di Konsulat Saudi
Trump mengatakan lembaga intelijen AS masih mempelajari bukti-bukti dan siapa yang merencanakan pembunuhan Khashoggi, yang terjadi di dalam kantor Konsulat Jenderal Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.
Mr. Trump bizarrely devotes the FIRST paragraph of his shameful statement on Saudi atrocities to accuse IRAN of every sort of malfeasance he can think of. Perhaps we’re also responsible for the California fires, because we didn’t help rake the forests— just like the Finns do?
— Javad Zarif (@JZarif) November 20, 2018
“Bisa jadi Putra Mahkota tahu mengenai peristiwa tragis ini – mungkin dia tahu dan mungkin dia tidak tahu,” kata Trump dalam pernyataan tertulis yang disampaikan Gedung Putih seperti dilansir Reuters pada 21 November 2018.
Trump memulai pernyataan tertulisnya, seperti dilansir CNN, dengan kalimat singkat “Amerika yang Pertama”. Ini dilanjutkan dengan pernyataan “Dunia merupakan tempat yang berbahaya”.
Baca:
Jamal Khashoggi Tewas, Sejumlah Kejanggalan Terungkap
Dalam penjelasannya, Trump mengatakan baik Raja Salman dari Arab Saudi maupun Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman, sama-sama berkukuh membantah tahu mengenai rencana pembunuhan itu.
Menlu Iran Javad Zarif (kiri) dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Twitter @Jzarif
“Kita mungkin tidak akan pernah tahu semua fakta terkait pembunuhan Jamal Khashoggi,” kata Trump sambil menekankan hubungan AS dan Arab Saudi berlangsung sangat bagus selama ini.
Pernyataan Trump ini, seperti dilansir Reuters, kontradiksi dengan kesimpulan dari lembaga intelijen CIA, yang meyakini perintah pembunuhan Jamal Khashoggi datang langsung dari MBS, yang merupakan sebutan putra mahkota.
Dia mengatakan Saudi merupakan sekutu sangat pentng melawan Iran. “AS berniat untuk tetap menjadi mitra dari Arab Saudi untuk memastikan kepentingan negara kita, Israel, dan semua mitra di wilayah itu,” kata Trump.
Baca:
Regu Pembunuh Jamal Khashoggi Bernama Pasukan Harimau
Di awal pernyataannya, Trump menyebut Iran sebagai negara yang melakukan perang melawan Arab Saudi di Yaman, mencoba menggoyang stabilitas Irak yang sedang membangun demokrasi, mendukung kelompok teror Hizbullah di Lebanon, dan mendukung diktator Presiden Bashar al Assad di Suriah.
Trump juga menyebut Iran telah membunuh banyak orang Amerika dan warga negara lain di Timur Tengah. Dia menyebut Iran membuat pernyataan “Kematian bagi Amerika” dan “Kematian bagi Israel” dan ini menunjukkan Iran memimpin teror di dunia.
“Arab Saudi mau meninggalkan Yaman dengan senang hati jika Iran mau meninggalkan negara itu,” kata Trump.
Senator dari Partai Republik, Rand Paul, seperti dilansir Politico, ikut mengkritik pernyataan Trump soal Iran dan membelas Arab Saudi dalam kasus tewasnya kolumnis Jamal Khashoggi.
Baca:
Kasus Jamal Khashoggi, Menlu AS Pompeo Disebut Bantu Arab Saudi
“Kita terlalu buta terhadap kebencian terhadap Iran sehingga kita melakukan hal-hal bodoh,” kata Paul. Menurut dia, Trump seakan mengatakan Arab Saudi buruk tapi Iran lebih buruk. “Yang kurang buruk tidak berarti layak mendapatkan senjata kita,” kata dia soal pernyataan Trump dalam kasus Jamal Khashoggi.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, telah meminta Arab Saudi untuk mengekstradisi semua pelaku pembunuhan dan mengungkap dalang dari kejahatan ini, yang diyakini merupakan level tertinggi di negara itu.