TEMPO.CO, Washington - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bertekad untuk tetap menjadi mitra kokoh dari pemerintah Arab Saudi terkait kasus pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi.
Baca:
Trump mengatakan lembaga intelijen AS masih mempelajari bukti-bukti dan siapa yang merencanakan pembunuhan Khashoggi, yang terjadi di dalam kantor Konsulat Jenderal Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.
“Bisa jadi Putra Mahkota tahu mengenai peristiwa tragis ini – mungkin dia tahu dan mungkin dia tidak tahu,” kata Trump dalam pernyataan tertulis yang disampaikan Gedung Putih seperti dilansir Reuters pada 21 November 2018.
Trump memulai pernyataan tertulisnya, seperti dilansir CNN, dengan kalimat singkat “Amerika yang Pertama”. Ini dilanjutkan dengan pernyataan “Dunia merupakan tempat yang berbahaya”.
Baca:
Dalam penjelasannya, Trump mengatakan baik Raja Salman dari Arab Saudi maupun Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman, sama-sama berkukuh membantah tahu mengenai rencana pembunuhan itu.
“Kita mungkin tidak akan pernah tahu semua fakta terkait pembunuhan Jamal Khashoggi,” kata Trump sambil menekankan hubungan AS dan Arab Saudi berlangsung sangat bagus selama ini.
Pernyataan Trump ini, seperti dilansir Reuters, kontradiksi dengan kesimpulan dari lembaga intelijen CIA, yang meyakini perintah pembunuhan Jamal Khashoggi datang langsung dari MBS, yang merupakan sebutan putra mahkota.
Dia mengatakan Saudi merupakan sekutu sangat pentng melawan Iran. “AS berniat untuk tetap menjadi mitra dari Arab Saudi untuk memastikan kepentingan negara kita, Israel, dan semua mitra di wilayah itu,” kata Trump.
Baca:
Di awal pernyataannya, Trump menyebut Iran sebagai negara yang melakukan perang melawan Arab Saudi di Yaman, mencoba menggoyang stabilitas Irak yang sedang membangun demokrasi, mendukung kelompok teror Hizbullah di Lebanon, dan mendukung diktator Presiden Bashar al Assad di Suriah.
Kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, tewas di bunuh tim pembunuh dari Arab Saudi yang berjumlah 15 orang. Middel East Eye
Trump juga menyebut Iran telah membunuh banyak orang Amerika dan warga negara lain di Timur Tengah. Dia menyebut Iran membuat pernyataan “Kematian bagi Amerika” dan “Kematian bagi Israel” dan ini menunjukkan Iran memimpin teror di dunia.
“Arab Saudi mau meninggalkan Yaman dengan senang hati jika Iran mau meninggalkan negara itu,” kata Trump.
Menurut Trump, kunjungannya ke Arab Saudi pada 2017 telah menghasilkan kesepakatan bisnis dan investasi senilai US$450 miliar atau sekitar Rp6.600 triliun di AS. Dari jumlah itu, US$110 miliar atau sekitar Rp1.600 triliun akan digunakan untuk membeli peralatan militer canggih dari Boeing, Lockheed Marteen, Raytheon, dan perusahaan senjata AS lainnya.
Baca:
“Ini jumlah uang yang mencapai rekor. Ini akan menciptakan ratusan ribu pekerjaan, mengembangkan ekonomi secara besar-besaran, dan menambah banyak kekayaan bagi AS,” kata Trump.
Jika transaksi ekonomi ini dibatalkan, menurut Trump, Rusia dan Cina bakal mendapat keuntungan besar dan mengambil bisnis-bisnis itu. “Itu akan menjadi hadiah sangat bagus langsung dari AS bagi mereka,” kata dia.
Menurut Trump, pembunuhan Jamal Khashoggi merupakan hal yang mengerikan dan tidak didukung AS. Pemerintah AS, menurut dia, telah mengambil tindakan terhadap orang-orang yang berpartisipasi dalam pembunuhan itu. “Kita telah mengenakan sanksi kepada 17 orang Saudi yang diketahui terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi dan pembuangan tubuhnya,” kata Trump.