TEMPO.CO, Jakarta - Seorang mantan staf intelijen pengembang komputer badan keamanan Amerika Serikat, National Security Agency, divonis lima setengah tahun penjara setelah mengaku bersalah karena menyimpan dokumen rahasia di rumahnya.
Dilansir dari USA Today, 26 September 2018, Nghia Hoang Pho, 68 tahun, dari Ellicott City, Maryland,mengaku bersalah karena sengaja menyimpan informasi rahasia pertahanan.
Baca: Peneliti Prancis Sebut Cina Mempunyai 18 Lembaga Intelijen
Dari 2010 hingga Maret 2015, Pho membawa pulang dokumen rahasia dan material sensitif tentang pertahanan nasional dan menyimpan materi di sejumlah lokasi di sekitar rumahnya. Pho tahu bahwa dia tidak berwenang untuk membawa pulang materi dari tempat kerja atau menyimpannya di rumah.
Gedung pusat data milik National Security Agency (NSA) di Bluffdale, Utah, 18 Maret 2017. Pusat data ini dibangun di atas tahah seluas 9-14 hektar, dengan biaya 1,5 miliar Dolar atau sekitar 20 triliun Rupiah dan merupakan pusat data terbesar di dunia. George Frey/Getty Images
Selain hukuman penjara lima tahun lebih, Hakim Distrik AS, George Russell, juga mengeluarkan pengawasan selama tiga tahun pasca-pembebasan.
"Tindakan Pho yang disengaja, sembrono, dan ilegal atas informasi yang sangat rahasia selama hampir lima tahun beresiko pada kemampuan dan metode kelompok intelijen kami, sehingga beberapa dari informasi tidak dapat digunakan," kata John Demers, asisten jaksa agung untuk NSA.
Baca: Jual Rahasia ke Cina, Eks Intelijen Amerika Serikat Ditangkap
Pho akan menjalani hukuman di penjara federal keamanan menengah di Cumberland, mulai 7 Januari, seperti dilansir dari Baltimore Sun.
Awalnya jaksa telah meminta hukuman 8 tahun, bagian atas pedoman hukuman federal atas pelanggaran tersebut. Jaksa AS Robert K. Hur menyebut kasus ini luar biasa, karena banyaknya informasi rahasia yang diambil.
Namun pengacara pembela Pho, Robert C. Bonsib, mencatat bahwa penyelidikan substansial oleh pemerintah federal tidak menemukan bukti yang pernah dicoba atau dimaksudkan oleh kliennya untuk menyebarluaskan informasi rahasia.
Gedung pusat data milik National Security Agency (NSA) di Bluffdale, Utah, 18 Maret 2017. Pusat data ini dibangun di tahah seluas 9-14 hektar dengan biaya 1,5 miliar Dolar atau sekitar 20 triliun rupiah dan merupakan pusat data terbesar di dunia. George Frey/Getty Images
Pho, warga negara AS yang dinaturalisasi dan berasal dari Vietnam, mulai bekerja di Tailored Access Operations NSA pada April 2006 dan memegang berbagai izin keamanan. Tailored Access Operations mengumpulkan informasi intelijen dari sistem informasi asing dan mengambil tindakan untuk mencegah, mendeteksi, dan menanggapi aktivitas tidak sah dalam komputer Departemen Pertahanan.
Baca: CIA Ulang Tahun ke 71, Ini Operasinya yang Terkenal
Selama bertahun-tahun memegang izin keamanan, Pho menerima pelatihan mengenai penanganan yang tepat, menandai, transportasi dan penyimpanan informasi rahasia. Pho juga diberitahu bahwa pemindahan dokumen rahasia secara tidak sah, pengangkutan dan penyimpanan dokumen rahasia intelijen NSA di lokasi yang tidak sah, pengungkapan materi yang beresiko dan dapat membahayakan keamanan nasional Amerika Serikat.