TEMPO.CO, Jakarta - Angkatan Bersenjata Amerika Serikat mencapai keputusan akhir untuk membatalkan pemberian dana bantuan ke Pakistan senilai US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,4 triliun. Pentagon mengatakan keputusan ini diambil karena Islamabad gagal mengambil tindakan tegas terhadap kelompok-kelompok radikal di negara itu.
Sebelumnya pada awal 2018, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menuding Pakistan telah menerima 'hadiah' bantuan Amerika Serikat di masa lalu tanpa berbuat sesuatu selain melakukan kebohongan dan penipuan. Pemerintahan Trump pun menuding Islamabad memberikan peluang kepada militan garis keras yang memerangi Afganistan. Segala tuduhan itu disangkal oleh Pakistan.
"Karena kurangnya tindakan nyata dalam mendukung strategi Amerika Serikat di Asia Tenggara, maka dana sebesar US$ 300 juta akan diprogram ulang," kata Juru bicara Pentagon, Kone Faulkner, seperti dikutip dari aljazeera.com pada Senin, 3 September 2018.
Baca: Amerika Serikat Tunda Bantuan ke Pakistan Rp 12 Triliun
Seorang pendukung Dewan Keamanan Difa-e-Pakistan (DPC) sebuah organisasi Islam, membakar bendera AS saat sebuah demonstrasi menentang keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, di Peshawar, Pakistan, 7 Desember 2017. REUTERS
Baca: Amerika Potong Bantuan ke Pakistan
Faulkner mengatakan pihaknya akan terus menekan Pakistan untuk menyasar kelompok-kelompok teroris. Dana bantuan untuk Pakistan yang telah ditarik, akan digunakan oleh pihaknya untuk prioritas lain yang lebih mendesak.
Sumber di pemerintah Pakistan mengatakan pemerintah Pakistan belum mendapatkan notifikasi resmi atas keputusan Amerika Serikat ini. Keputusan ini diambil beberapa pekan setelah Pakistan memilih Perdana Menteri baru, yakni Imran Khan.
Analis bidang keamanan dan pertahanan, Mateen Haider, mengatakan langkah Amerika Serikat ini untuk menekan Pakistan dan berharap Pakistan akan mengambil respond besar. Namun penangguhan dana bantuan ini bisa membuat Amerika Serikat kehilangan pengaruhnya di Pakistan, yang kemungkinan akan mencari dukungan ke negara-negara lain, khususnya Cina.