TEMPO.CO, Jakarta - Jet Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, UEA, tak berhenti bergerak. Setelah menghantam kampung nelayan di Provinsi Hodeidah, Yaman, negeri Kerajaan itu mengakui melibas bus sekolah dengan mesin perang bulan lalu.
"Serangan jet Arab Saudi dan Uni Emirat Arab terhadap bus sekolah mengakibatkan 51 orang tewas, termasuk 40 siswa sekolah. Aksi ini tak bisa dibenarkan," tulis Al Jazeera, Ahad 2 Agustus 2018.
Baca: Gempuran Udara Arab Saudi dan UEA ke Yaman, Selusin Nelayan Tewas
Seorang anak lelaki yang menderita kanker tergeletak di atas tempat tidur di Pusat Onkologi Nasional di Sanaa, Yaman, 23 Juli 2018. Akibat agresi militer Arab Saudi dan sekutunya ke Yaman sejak 26 Maret 2015 membuat jutaan orang Yaman berisiko terserang kelaparan, kolera, dan kanker. REUTERS/Khaled Abdullah
Pengakuan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi itu terungkap setelah sebuah tim investigasi menyampaikan hasil penyelidikannya pada Sabtu, 1 September 2018. Menurut tim investigasi, serangan mematikan pada 9 Agustus 2018 di Provinsi Saada adalah sebuah kesalahan yang tak bisa diterima.
Baca Juga:
Pada hari serangan, juru bicara koalisi Kolonel Turki al-Malki membela diri dengan mengatakan pasukannya menghantam sebuah target militer, termasuk operator dan perencananya.
Tetapi pernyataan al-Maliki dibantah oleh badan Investigasi Aliansi Militer, sebuah lembaga dibentuk oleh Tim Penilaian Insiden Gabungan, JIAT. "Apa yang dilakukan oleh pasukan koalisi tak bisa diterima."Seorang pria berjalan dekat reruntuhan bangunan Istana Kepresidenan yang rusak akibat serangan udara koalisi Arab Saudi di Sanaa, Yaman, 7 Mei 2018. Istana kepresidenan Yaman sekarang dipakai oleh pemberontak Houthi sebagai kantor pemerintahan mereka. AP
Pengungkapan hasil invstigasi kepada publik itu disampaikan setelah serangan yang dilakukan Arab Saudi dan sekutunya mendapatkan kutukan internasional dan desakan terhadap Sekretaris Jenderal PBB membentuk tim investigasi independen.
Baca: Arab Saudi Puji Israel Lebih Baik Daripada Negara Muslim, Kenapa?
Arab Saudi dan sekutunya di negara Teluk melakukan gempuran mematikan terhadap ratusan target di Yaman. Akibat serangan yang berlangsung sejak 2015 itu, ribuan orang tewas, sebagian besar penduduk sipil termasuk perempuan dan anak-anak. Aksi brutal ini mendapatkan kecaman internasional.