TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah krisis Turki, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menandatangani undang-undang yang menunda pengiriman jet F-35 ke Turki. Penundaan pengiriman pesawat tempur canggih F-35 semakin meningkatkan ketegangan dua sekutu NATO ini.
Padahal Turki telah memesan 30 jet tempur F-35A buatan AS dan bermaksud untuk memesan 70 unit F-35 lain dari proyek bersama Joint Strike Fighter (JSF), yang melibatkan 10 negara untuk pengembangan F-35, seperti dilaporkan Sputniknews, 15 Agustus 2018.
Baca: Gara-gara Aplikasi Kencan, Data Pesawat F-35 Milik Inggris Bocor
Undang-undang baru AS melarang penjualan pesawat tempur siluman generasi kelima, sambil menunggu laporan Pentagon tentang resiko rencana pembelian sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia.
Pesawat tempur siluman F-35 pesanan Norwegia tiba di Pangkalan Udara Oerland Main, Trondheim, Norwegia, pada 3 November 2017. Norwegia membeli 52 pesawat tempur generasi kelima F-35. f35.com
Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional (NDAA) menyediakan sekitar US$ 616,9 miliar atau Rp 9 ribu triliun untuk anggaran pertahanan AS, yang di antaranya terdiri dari US$ 21,9 miliar (Rp 320 triliun) untuk senjata nuklir dan US$ 69 miliar (Rp 1.000 triliun) untuk pendanaan perang.
Undang-undang ini juga mengesahkan kenaikan gaji 2,6 persen untuk anggota militer, meningkatkan jajaran layanan militer AS terhadap 15.600 pasukan aktif dan menyetujui pembelian 13 kapal perang Angkatan Laut baru dan 77 jet F-35 Joint Strike Fighter.
Baca: Turki Akan Gugat Amerika Serikat Jika Melarang Penjualan F-35
Ketegangan antara Amerika Serikat dan Turki terus meningkat yang disebabkan oleh beberapa isu, termasuk Suriah, tawaran Turki untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia, dan kasus penahanan pendeta AS Andrew Brunson, yang saat ini sedang diadili di Turki atas tuduhan terorisme.
Pada 18 Juni, Senat AS meloloskan amandemen Undang-undang Otorisasi Pertahanan Nasional yang melarang penjualan jet F-35 Joint Strike Fighter ke Turki karena Turki berencana membeli dua sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia .
Pesawat tempur F-35 Lightning II tiba di Landasan Angkatan Udara Edwards, California, AS, mei 2010 silam. REUTERS/Tom Reynolds/Lockheed Martin Corp/Handout
Para pejabat Turki menanggapi tekanan AS dengan mengatakan bahwa Ankara tidak menerima sanksi dari mitra NATO saat membahas pengiriman sistem S-400 Rusia.
Presiden Turki Recep, Tayip Erdogan mengatakan bahwa Turki tidak akan mundur dari keputusannya untuk membeli sistem rudal S-400, saat berbicara di Ankara pada 9 April.
Baca: Imbas Krisis Turki, Maskapai Penerbangan Turki Boikot Iklan ke AS
Dilansir dari Anadolu, Turki adalah salah satu negara yang ikut dalam program pengembangan pesawat F-35 sejak awal tahun 1999. Industri pertahanan Turki telah mengambil peran aktif dalam produksi pesawat terbang, di antaranya Alp Aviation, AYESAS, Kale Aviation, Kale Pratt & Whitney dan Turkish Aerospace Industries. Perusahaan-perusahaan Turki ini telah memproduksi bagian jet tempur F-35 pertama.