TEMPO.CO, Jakarta - Perseteruan Israel dan Iran sudah memasuki tahap perang langsung. Serangan Iran pada Sabtu, 13 April 2024, dikabarkan telah dibalas oleh Israel, Kamis malam, 18 April 2024. Keduanya menggunakan senjata udara, seperti rudal dan drone. Seberapa besar kekuatan masing-masing dalam menyerang dan menangkis serangan? Dan siapa yang berpeluang unggul?
Persenjataan Pertahanan Udara Iran
Pertahanan udara yang menua membuat Iran rentan terhadap serangan Israel saat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memutuskan untuk mengabaikan tekanan global untuk tidak membalas secara langsung atas serangan pesawat tak berawak dan rudal yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Sabtu malam.
Dengan mengesampingkan biaya diplomatik dan strategis yang lebih luas yang kemungkinan besar akan menjadi pencegah terkuat untuk setiap serangan balasan, para ahli mengatakan bahwa Israel tidak akan mengalami banyak kesulitan untuk mencapai target di dalam Iran, yang memiliki angkatan udara yang sudah tua dan sistem pertahanan udara yang didasarkan pada model-model Rusia yang sudah tua.
Serangan akhir pekan Iran menunjukkan kekuatan persenjataan udara dan sistem pertahanan Israel yang tangguh, yang memastikan bahwa ratusan rudal balistik, rudal jelajah, dan pesawat tak berawak yang diluncurkan ke arahnya hanya menyebabkan kerusakan minimal.
Iran adalah "negara adidaya dalam rudal balistik taktis dan UAV," kata Zvika Haimovich, mantan kepala pertahanan udara Israel.
Pertahanan udaranya adalah masalah lain, sebagian besar dibangun di sekitar sistem rudal anti-pesawat S-200 dan S-300 Rusia atau berbagai rudal yang diproduksi secara lokal seperti Bavar-373, Khordad, Raad, Sayyad, dan Talash serta pesawat tempur Amerika dan Rusia kuno, beberapa di antaranya berasal dari era 1970-an era Shah Mohammad Reza Pahlavi.
Sistem serupa telah digunakan di Suriah sejak 2015, memberikan pengalaman bertahun-tahun bagi para pilot Israel dalam menanganinya.
Namun, eskalasi lebih lanjut dapat membuat Iran memilih senjata yang lebih kuat dari gudang senjata yang menurut para analis mencakup lebih dari 3.500 rudal dan pesawat tak berawak yang jumlahnya mencapai ribuan.