TEMPO.CO, Jakarta - Israel telah berjanji untuk “menetapkan harga” dari Iran sebagai tanggapan atas serangan rudal dan pesawat tak berawak yang diluncurkan oleh Teheran sebagai pembalasan atas pengeboman mematikan di konsulatnya di Suriah pada awal bulan ini.
Kabinet perang Israel telah bertemu beberapa kali untuk membahas tindakan untuk melengkapi dorongan diplomatik terhadap Iran sejak serangan langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada Sabtu, dan kepala staf militer Israel Herzi Halevi mengatakan bahwa respons militer sudah pasti.
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengancam akan memberikan “tanggapan besar-besaran dan keras” pada Rabu jika Israel memutuskan untuk melancarkan serangan militer langsung ke wilayah Iran. Jadi seberapa efektifkah Iran mempertahankan diri jika serangan seperti itu terjadi?
Mengandalkan Senjata Pertahanan Lokal
Selama beberapa dekade didera sanksi internasional, Iran semakin bertekad untuk mengandalkan kemampuan lokalnya dalam hal perekonomian, namun dorongan serupa juga terlihat di sektor militernya.
Sebagian besar sentimen tersebut berakar pada perang delapan tahun Iran dengan negara tetangganya Irak, yang menginvasi Iran pada 1980 di bawah pemerintahan mantan penguasa Saddam Hussein. Baghdad didukung secara militer oleh banyak kekuatan asing, termasuk Amerika Serikat.
Terhambat oleh sanksi dan embargo selama beberapa dekade, superioritas udara Iran masih mendapat tantangan berat, dengan beberapa jet tempur dan peralatannya, termasuk jet tempur F-4 dan F-5 buatan AS, sudah ada sejak sebelum revolusi negara tersebut pada 1979 – yang menggulingkan monarki Shah Mohammad Reza Pahlavi yang didukung Barat.
Iran sekarang sebagian besar mengoperasikan jet tempur Sukhoi dan MiG Rusia yang berasal dari era Soviet. Angkatan udara Iran juga telah membuat jet tempurnya sendiri, seperti Saeqeh dan Kowsar yang didasarkan pada desain AS, namun mereka diyakini tidak mampu menandingi beberapa jet tempur unggul seperti F-35 yang digunakan Israel dalam jumlah besar.
Pengiriman dua lusin jet tempur Su-35 buatan Rusia, yang negosiasinya telah berlangsung selama beberapa waktu, dapat merevitalisasi angkatan udara Iran secara signifikan, namun hal ini tidak akan menghilangkan kebutuhan akan barisan pertahanan udara yang kuat.