TEMPO.CO, Jakarta - Kemenangan mutlak Perdana Menteri, Hun Sen, dalam pemilu Kamboja 29 Juli 2018, akan memperkuat peran Angkatan Bersenjata Kamboja dalam politik dan membuat Hun Manet, putra Hun Sen, semakin dekat ke tampuk kekuasaan.
Kendati hasil resmi pemilu Kamboja akhir pekan lalu belum dipublikasi, namun Partai Rakyat Kamboja atau CPP secara terbuka mengaku telah mengantongi 80 persen suara dan memenangkan total 125 kursi parlemen nasional. Jika klaim CPP itu benar, maka kemenangan ini akan mengkonsolidasikan dominasi CPP di lembaga-lembaga negara.
Dikutip dari scmp.com pada Sabtu, 4 Agustus 2018, CPP saat ini sudah mengendalikan hampir seluruh kursi di pemerintahan dan hanya menyisakan empat kursi bagi oposisi setelah pemilu parlemen pada Februari 2018. CPP memegang hampir 95 persen kursi pemilihan di seluruh tingkat daerah.
Baca: Pemilu Kamboja, Hun Sen Berikan Hak Suara
Suara nomor 20 atau nomor urut Partai Rakyat Kamboja atau CPP menang telak di hampir setiap TPS di Phnom Penh, Kamboja.
Baca:Begini Situasi Kamboja Menjelang Pemilu
Partai berkuasa CPP dengan mulus memenangkan pemilu pada 29 Juli 2018 setelah partai oposisi terbesar Kamboja, Partai Penyelamat Nasional Kamboja atau CNRP, dibubarkan paksa pada 2017. Sebagian besar politisi CNRP saat ini berada dalam pengasingan. Sejumlah negara demokrasi di dunia, termasuk Amerika Serikat, menyebut pemilu Kamboja 29 Juli 2018 tidak sah. Sedangkan Wakil Ketua CNRP, Mu Sochua menggambarkan hasil pemilu ini sebagai kematian demokrasi di Kamboja.
"Hasil pemilu ini bisa menyebarkan militerisasi Kamboja lebih lanjut di parlemen dan politik Kamboja secara umum sehingga memungkinkan Hun Sen mentrasformasikan dirinya menjadi seorang Napoleon yang mengawasi otokrasi militer yang disamarkan," kata Paul Chambers, dosen bidang ASEAN Studies dari Naresuan University, Thailand.
Dalam pemilu Kamboja 29 Juli 2018, tiga pejabat senior Kamboja memenangkan kursi parlemen, mereka adalah Pol Saroeun - mantan Panglima Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja, yang maju sebagai kandidat dari Provinsi Preah Sihanouk. Dua pejabat militer lainnya adalah mantan Wakil Panglima Militer Kamboja, yakni Meas Sophea dan Kun Kim.