TEMPO.CO, Jakarta - Demam pemilu semakin terasa di Kamboja. Pemilu yang akan diselenggarakan pada 29 Juli 2018, sekarang tinggal menghitung hari.
Duta Besar Indonesia untuk Kamboja, Sudirman Haseng, menceritakan situasi di Kamboja saat ini riuh dengan aktivitas kampanye politik dalam berbagai cara dan bentuk agar menarik perhatian masyarakat, namun suasana tetap kondusif. Wisatawan asing pun tetap berdatangan, bahkan cenderung meningkat. Para turis bebas berjalan-jalan tanpa rasa waswas atau terganggu.
Sudirman pun melihat tidak ada pengetatan dari pemerintah Kamboja bagi media dalam meliput suasana demam pemilu. Media-media tetap memuat suara-suara kritis masyarakat dan partai peserta pemilu. Saling tanggap atas isu-isu kritis antar partai juga tetap dimuat secara berimbang.
Baca: Sebut Hun Sen Diktator, Warga Kamboja Protes di Jepang
Gubernur Kotamadya Phnom Penh, Khuong Sreng tiba ketika pasukan bersenjata Kamboja menampilkan peralatan antihuru-hara dan senapan serbu di stadion Olimpiade menjelang pemilihan umum akhir pekan ini, di Phnom Penh, Kamboja, 25 Juli 2018.[REUTERS / Samrang Pring]
Baca: Pasukan Antihuru-hara Kamboja Pamer Kekuatan Menjelang Pemilu
Pemilu Kamboja 2018 menjadi perhatian dunia terkait absennya Partai Penyelamat Nasional Kamboja atau CNRP karena telah dibubarkan secara paksa oleh pemerintah Kamboja pada November 2017. Bukan hanya itu, Kamboja juga mengkriminalisasi Ketua CNRP, Sam Rainsy, sehingga menutup peluangnya untuk maju sebagai Perdana Menteri Kamboja menggeser Hun Sen yang telah lebih dari 30 tahun berkuasa.
Total ada 20 partai yang mengikuti pemilu Kamboja 2018 dan dari jumlah itu, hanya lima partai oposisi yang tidak terlalu berpengaruh ikut pemilu. Perdana Menteri Hun Sen diperkirakan akan menang dengan mudah pada pemilu hari Minggu nanti setelah partai oposisi utama, CNRP, tak bisa mengikuti pemilu 2018. CNRP adalah partai oposisi terbesar di Kamboja.
Terkait pelaksanaan pemilu Kamboja ini, diantara negara ASEAN, Indonesia dipercaya untuk menjadi bagian dari tim pemantau pelaksanaan pemilu Kamboja 2018. Sudriman menyebut, tim pemantau pemilu Kamboja dari Indonesia diantaranya berasal dari lembaga swadaya masyarakat atau LSM, anggota Komisi Pemilihan Umum, termasuk dari KBRI.
"Semua tim pemantau dari berbagai negara dan organisasi bebas memilih lokasi pemantauan yang diinginkan. Bukan kali ini saja Indonesia ikut memantau pemilu di berbagai negara. Jadi tim pemantau dari Indonesia tentu sudah punya ukuran dan standar prosedur dalam memantau pemilu," kata Sudirman kepada Tempo, Kamis, 26 Juli 2018.
Di Kamboja, ada sekitar tiga ribu WNI yang bekerja dan melanjutkan pendidikan. Walaupun suasana Kamboja menjelang pemilu kondusif, Sudirman tetap menghimbau kepada seluruh WNI untuk bersikap waspada dan menghindari kerumunan kampanye serta segera menghubungi KBRI jika membutuhkan bantuan, layanan dan perlindungan.