TEMPO.CO, Moskow – Penasehat keamanan nasional Amerika Serikat, John Bolton, menggelar pertemuan di Moskow, Rusia, sebagai persiapan menjelang pertemuan puncak antara Presiden Donald Trump dan Presiden Vladimir Putin.
Kantor berita TASS, seperti dilansir Straits Times, melansir Bolton mendiskusikan rencana pertemuan Trump dan Putin ini dengan Deputi Pertama Sekretaris Dewan Keamanan Rusia yaitu Yuri Averyanov.
“Bolton akan menggelar jumpa pers untuk mengumumkan tanggal dan lokasi pertemuan puncak ini,” begitu dilansir Straits Times dengan mengutip Reuters Rabu, 27 Juni 2018.
Baca:
Trump Ancam Serang Rudal, Ini Tanggapan Putin dan 3 Tokoh Rusia
Trump Undang Putin Jadi Anggota Pemimpin Negara G7
Media Politico melansir pertemuan puncak Trump dan Putin kemungkinan bakal digelar seusai kunjungan Trump ke Belgia dan Inggris pada 11—13 Juli 2018. Rencananya pertemuan itu akan digelar selama tiga hari agar Putin bisa segera kembali ke Moskow menonton pertandingan final Piala Dunia 2018, yang sedang digelar di negara itu.
Meme kandidat calon presiden A.S, Donald Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin bersepeda bersama. Donald Trump menyatakan hal tersebut dalam debat calon presiden di CNN. Buzzfeed.com
Uniknya, Bolton pernah mengatakan sebelum diangkat sebagai penasehat keamanan nasional oleh Trump bahwa jika Washington bernegosiasi dengan Rusia maka itu akan membahayakan dirinya sendiri.
Baca:
Jelang Pertemuan Trump - Kim, Dua Jurnalis Korea Selatan Ditahan
Donald Trump Percepat Pertemuan G7 untuk KTT Singapura.
Pada tahun lalu, Bolton juga pernah menuding Putin di media Inggris Telegraph soal ‘berbohong dengan menggunakan pelatihan ala KGB.
Selain bertemu Averyanov, Bolton juga bertemu dengan Menlu Rusia, Sergey Lavrov, membahas pertemuan puncak kedua pemimpin.
Trump memberikan ucapan selamat kepada Putin lewat saluran telepon pada Maret 2018 pasca kemenangan besar Putin pada pemilu Rusia. Dia mengatakan akan segera bertemu dengan Putin. Namun, Putin mengeluhkan sulitnya menggelar pertemuan dengan Trump.
“Ini membuat hubungan Washington dan Moskow mencapai titik terendah seperti pada pasca perang dingin,” begitu dilansir Straits Times.
Kedua negara saat ini berbeda posisi soal konflik Suriah dengan Rusia mendukung Presiden Bashar al Assad sedangkan AS ingin menjatuhkannya. Kedua negara juga berbeda soal Crimea, yang dicaplok Rusia beberapa tahun lalu.
Lalu ada investigasi internal di AS soal dugaan keterlibatan Rusia untuk memenangkan Trump pada pemilu Presiden 2016. AS juga ikut menuding Rusia terlibat dalam serangan terhadap bekas intel Sergey Skripal di Inggris pada Maret.
Ini membuat ekspektasi pertemuan puncak Trump dan Putin terlihat rendah. Namun, Trump berulang kali mengatakan dia ingin meningkatkan hubungan AS – Rusia dan mempercayai penjelasan Putin tidak ada intervensi pada pilpres AS kemarin. Trump malah menyebut investigasi ini sebagai ‘perburuan penyihir’ dan sengaja untuk menguntungkan Partai Demokrat, yang kandidatnya yaitu Hillary Clinton kalah melawan Trump pilpres 2016.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan pertemuan Bolton di Rusia diharapkan bakal menuju digelarnya pertemuan puncak Trump dan Putin dalam waktu dekat. “Washington berusaha mencari kesamaan kepentingan dengan Rusia sambil melindungi kepentingan AS jika ada perbedaan,” kata Pompeo.