TEMPO.CO, Jakarta - Kedutaan Besar Federasi Rusia untuk Indonesia mengatakan Rusia menjadi lebih kuat di bawah sanksi dari negara-negara Barat. Veronika Novoseltseva sebagai chargé d’affaires atau kuasa usaha kedubes mengatakan efek yang diinginkan dari penerapan sanksi-sanksi tersebut justru berbanding terbalik.
Hal tersebut ia sampaikan saat memberikan pengarahan pers bersama atase pertahanan kedubes Maxim Lukyanov di Jakarta Selatan pada Rabu, 24 April 2024.
“Rusia di bawah sanksi menjadi lebih kuat. Efek dari sanksi yang diterapkan oleh Amerika dan sekutunya justru terbalik,” katanya.
“Mereka ingin menakuti Rusia, ingin merusak Rusia, ingin memecahbelah masyarakat Rusia. Tetapi lihatlah pemilu presiden di Rusia – Presiden (Vladimir) Putin dapat dukungan yang paling tinggi dibanding periode-periode sebelumnya,” kata dia, merujuk pada pemilu yang berlangsung pada 15 – 17 Maret lalu.
Pemilu tersebut banyak dikritik oleh negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Negara-negara Eropa mengecamnya karena pemilu tersebut berlangsung di wilayah-wilayah yang diduduki Rusia, sehingga disebut sebagai sebagai pelanggaran ilegal terhadap kedaulatan Ukraina.
Sementara, AS mengkritik Putin yang telah memenjarakan lawan politiknya dan dinilai telah menutup ruang politik. Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan “beberapa lawan politiknya meninggal secara tragis”, setelah kematian aktivis antirasuah Alexei Navalny di penjara Rusia pada Februari lalu.
Di bawah kepemimpinan Putin, Rusia hingga sekarang masih melancarkan invasi di Ukraina sejak 24 Februari 2022.
Negara-negara Barat telah menjatuhkan berbagai sanksi terhadap Rusia atas invasi militernya itu. Terbaru, AS dan Inggris pada 12 April lalu melarang bursa perdagangan logam menerima aluminium, tembaga dan nikel baru yang diproduksi oleh Rusia dan melarang impor logam tersebut ke AS dan Inggris.
Rusia merupakan produsen utama di dunia untuk aluminium, tembaga, dan nikel. Sanksi terbaru ini bertujuan untuk mengganggu pendapatan ekspor Rusia di tengah invasi yang telah menewaskan dan melukai puluhan ribu orang serta membuat kota-kota Ukraina menjadi puing-puing.
Uni Eropa juga turut membebankan sanksi terhadap Rusia, dengan menyetujui paket sanksi ke-13 pada Februari lalu untuk melarang hampir 200 entitas dan individu yang dituduh membantu Moskow mendapatkan senjata atau terlibat dalam penculikan anak-anak Ukraina.
Veronika mengatakan industri-industri Rusia kini justru menjadi lebih kuat di bawah gempuran sanksi. “Rusia sekarang punya industri sendiri. Memproduksi pesawat lebih banyak, memproduksi mobil, semua peralatan yang dibutukan. Bahkan mengekspor juga.”
Ia mengatakan para petani di Rusia menjadi kalangan yang paling bahagia saat ini. “Karena dulu kami membeli sayuran banyak dari Eropa. Sekarang memproduksi sendiri dengan harga bagus, mutu bagus, tanpa kimia, nitrat dan pestisida, jadi bersih sekali. Harga cocok untuk pembeli karena diproduksi dalam negeri,” tuturnya.
NABIILA AZZAHRA A. | REUTERS