TEMPO.CO, Jakarta - Vatikan meminta agar pemeluk agama Kristen di Arab Saudi tidak dianggap sebagai warga negara kelas dua. Hal itu disampaikan langsung oleh Kardinal dari Prancis yang juga Kepala Dewan Vatikan bidang Dialog Lintas Agama, Jean-Louis Tauran, dalam kunjungannya ke Kerajaan Arab Saudi, Kamis, 26 April waktu setempat.
“Saya rasa semua agama menghadapi dua bahaya, yakni terorisme dan pengabaian. Selama pertemuan, saya banyak menekankan pada poin bahwa pemeluk agama Kristen dan non-muslim diterima baik di sekolah-sekolah dan mereka tidak pernah dianggap sebagai warga negara kelas dua, ” kata Tauran usai berdialog dengan Raja Salman, seperti dikutip dari Reuters.com, Jumat, 27 April 2018.
Baca: ISIS Ingin Dirikan Negara Islam di Vatikan
Raja Salman bertemu pejabat Vatikan untuk melawan kekerasan dan ekstrimisme. (SPA)
Baca: Paus Fransiskus: Islam Tidak Terkait Kekerasan Terorisme
Sebagian besar umat Kristen di Arab Saudi adalah buruh migran dan diplomat. Sejak gereja di larang beroperasi di Arab Saudi, maka para pemeluk agama Kristen banyak beribadah di rumah-rumah mereka. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kebijakan Vatikan, yang pada 1995, Paus John Paul meresmikan pembukaan sebuah masjid di kota Roma, Italia. Dalam pidatonya ketika itu, Paus John Paul ingin di beberapa negara Islam juga ada pengakuan kebebasan beragama yang sama.
Kunjungan Tauran ke Arab Saudi merupakan kunjungan bersejarah karena merupakan kunjungan pertama yang dilakukan tokoh senior Khatolik. Kedatangan Tauran itu, untuk meningkatkan harapan menyusul sikap Kerjaan Arab Saudi yang sekarang lebih terbuka. Arab Saudi merupakan rumah suci bagi umat Islam karena keberadaan Ka’bah, namun dikabarkan Arab Saudi telah melarang praktik-praktik agama selain Islam.
Tauran, 75 tahun, mengatakan pihaknya dan Raja Salman telah sama-sama memberikan sinyalemen adanya keinginan untuk memperlihatkan bahwa Arab Saudi terbuka bagi dialog sehingga citra negara itu pun berubah. Putra Mahkota, Mohammed bin Salman, yang merupakan putra Raja Salman dari istri ketiga, telah menjanjikan akan mempromosikan dialog lintas agama sebagai bagian dari reformasi domestik di Kerajaan Arab Saudi yang selama ini dikenal sangat konservatif.
Dibawah kepemimpinan Mohammed bin Salman, Arab Saudi mengagendakan Visi 2030.Visi ini adalah sebuah agenda reformasi yang ditujukan agar negara itu tidak lagi bergantung pada minyak sebagai pemasukan. Visi 2030 juga untuk memperkenalkan perubahan sosial Arab Saudi.