TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dan menghindari setiap tindakan yang hanya akan memperburuk situasi di Suriah. Seruan itu disampaikan setelah Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris melancarkan serangan ke Suriah untuk merespons serangan senjata kimia ke Kota Douma, Suriah, pada 7 April 2018.
“Saya mendesak semua negara anggota PBB agar memperlihatkan sikap menahan diri atas situasi yang sangat berbahaya ini serta menghindari tindakan-tindakan yang bisa memperburuk situasi dan penderitaan rakyat Suriah,” ucap Guterres, seperti dikutip dari situs English.alarabiya.net pada Sabtu, 14 April 2018.
Baca: 6 Negara Bertempur Besar-besaran di Suriah, untuk Apa?
Seorang bocah perempuan, menggendong seorang bayi usai tempat tinggalnya hancur berantakan akibat terkena serangan udara pesawat-pesawat jet milik Rusia, di Douma, Ghouta, Damaskus, Suriah, 10 Januari 2016. Aksi serangan pesawat jet Rusia ke Suriah guna menghancurkan kelompok ISIS. REUTERS
Serangan Amerika Serikat dan sekutunya pada Jumat, 13 April 2018, itu telah mendesak Guterres menunda rencana perjalannya ke Arab Saudi. Operasi militer ini terkait dengan penggunaan senjata kimia oleh pasukan militer Presiden Suriah Bashar al-Assad terhadap warga sipil Suriah. Operasi militer tersebut menewaskan lebih dari 60 orang.
“Penggunaan senjata kimia adalah hal yang menjijikkan. Penderitaan yang disebabkan oleh senjata ini sangat mengerikan,” tutur Guterres.
Baca: Amerika Serikat Tak Ingin Terlibat Perang di Suriah
Menurut dia, penting bagi semua negara mengambil sikap yang sejalan dengan hukum internasional dan piagam PBB. Dia pun mendesak Dewan Keamanan PBB menyetujui pembentukan sebuah permintaan agar bisa mengidentifikasi para pelaku penyerangan senjata kimia di Suriah.
Rusia sebelumnya pada pekan ini telah memveto proposal Amerika Serikat yang ingin membentuk tim panel atas dugaan terjadinya serangan senjata kimia di Douma, sebuah kota yang masih dikuasai pemberontak Suriah.