TEMPO.CO, Jakarta - Peraih Nobel Perdamaian Malala Yousafzai tak bisa menahan tangis ketika untuk pertama kali menginjakkan kakinya di Pakistan, Kamis, 29 Maret 2018.
Enam tahun lalu, Yousafzai meninggalkan kampung halamannya di Pakistan setelah kepalanya ditembak oleh sejumlah pria bersenjata dari Taliban karena menggelorakan semangat belajar bagi para gadis.
Baca: Kisah Malala Yousafzai dan Skinny Jeans, antara Kritik dan Pujian
Peraih Nobel Malala Yousafzai bersama ayahnya Ziauddin Yousafzai berfoto dengan dan murid-murid di sekolah yang didanai Unicef di kamp Bakassi di Maiduguri, Nigeria, 18 Juli 2017. Reuters/Afolabi Sotunde
Yousafzai, menurut laporan Reuters, ketika tiba di Pakistan ditemani ayah dan adik laki-lakinya bertemu dengan Perdana Menteri Pakistan Shahid Khaqan Abbasi di Ibu Kota Islamabad sebelum berpidato di depan televisi nasional.
Kunjungan ini untuk pertama kalinya dilakukan Yousafzai ke kampung halaman sejak dia ditembak pada akhir 2012 dan dilarikan ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan.
"Selama lima tahun, saya memimpikan bahwa saya dapat berjalan kaki di negara saya," ucapnya sembari berlinang air mata di depan layar kaca.Malala Yousafzai (Twitter)
"Ini adalah hari paling bahagia dalam hidup saya. Saya masih tidak percaya bahwa ini benar-benar terjadi," tambah gadis yang mengenakan busana tradisional Pakistan ini.
Baca: Hari Pertama Malala Yousafzai Berkuliah di Oxford
Di usia 17 tahun pada 2014, Yousafzi menjadi penerima Hadiah Nobel Perdamaian paling muda untuk perjuangannya terhadap pendidikan bagi kaum gadis. Gadis Pakistan ini juga menjadi simbol dunia atas ketahanannya menghadapi tekanan.