TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga muslim di Afganistan menjadi sasaran ancaman pembunuhan karena memiliki anak laki-laki dengan nama Donald Trump.
Bermula saat istri Asadullah Poya melahirkan anak mereka pada tahun 2016. Poya memutuskan untuk menamai anaknya tersebut Donald Trump.
Saat itu, Donald Trump masih belum menjadi presiden Amerika Serikat yang kini dikritisi secara luas karena berbagai kebijakannya. Dia masih dikenal sebagai pengusaha dan selebriti terkenal.
Baca: Opium, Sarapan Anak-anak Afganistan
Poya mengagumi Trump setelah membaca buku Trump: How To Get Rich. Poya menyukai kisah sukses pebisnis itu. Karena itu, ia terinspirasi untuk menamai anaknya dengan nama Trump.
Dia juga berharap keputusannya memberi nama anaknya seperti nama pengusaha sukses Amerika Serikat itu akan membawa keberuntungan dan kekayaan berlimpah bagi mereka sama halnya dengan Trump di Amerika Serikat.
Dalam perjalanan nama itu lebih banyak menimbulkan masalah buat Poya dan keluarganya.
Orangtua Poya marah saat cucunya diberi nama sama dengan orang non-Muslim.
Baca: Ditolak Amerika, Tim Robot Gadis Afganistan Juara di Eropa
Lebih buruk lagi, para ulama di desa mereka juga kerap menyindir namanya melalui khotbah Jumat dan menganggapnya sebagai penghinaan.
"Setiap hari, situasinya semakin parah, saat saya memanggil anak saya, ayah saya semakin marah dan dia tidak lagi toleran terhadap hal ini," kata Poya, seperti dilansir ABC News pada 16 Maret 2018.
Akhirnya, ia memutuskan untuk meninggalkan karirnya sebagai guru di desanya dan pindah ke Kabul. Namun, langkah tersebut juga tidak mengubah keadaan jadi lebih baik bagi keluarganya.
Pada hari Kamis, 15 Maret 2018, 5 tetangganya bertemu dengan pemilik rumah kontrakannya dan menuntut keluarga Poya dikeluarkan karena nama anaknya.
Bahkan, dia dituduh menggunakan nama anaknya sebagai penyokong untuk memfasilitasi penerapan suaka di Amerika Serikat. Membantah tuduhan itu Poya mengaku bahwa ia tidak pernah berniat meninggalkan negaranya.
Baca: Taliban: Bom Ambulans Afganistan adalah Pesan Khusus Buat Trump
Berita tentang nama anaknya itu juga telah tersebar luas di media sosial setelah seorang pejabat di Kabul mengungkapkannya di Facebook. Poya dan istrinya terpaksa menutup akun Facebook setelah mereka menerima berbagai pesan kebencian dan ancaman pembunuhan.
"Itu hanya sebuah nama, dan ketika anak saya besar, dia bisa mengganti namanya jika itu yang dia inginkan," kata Poya.
Poya menambahkan, jika waktu itu anaknya terlahir sebagai perempuan maka dia akan menamainya Ivanka Trump. Nama yang diyakininya tidak terlalu memecah belah itu bahkan direncanakan akan diberikan kepada anak berikutnya, jika istrinya suatu saat melahirkan anak perempuan.
Poya juga berharap bisa menemukan Donald Trump yang sebenarnya suatu hari nanti. Dia dia ingin berbicara dengan Presiden Trump dan berharap dia bisa memberi jaminan keamanan di Afganistan.