TEMPO.CO, Jakarta - Taliban mendesak para ulama dan ilmuwan Islam, Sabtu, 10 Maret 2018, tidak turut ambil bagian dalam konferensi perdamaian yang akan berlangsung di Indonesia.
"Konferensi ini bertujuan membangun perdamaian di masa yang akan datang di Afganistan," tulis Channel News Asia.
Baca: Tetap Kunjungi Afganistan, Jokowi Dipuji Presiden Ashraf Ghani
Sedikitnya 100 orang tewas dan ratusan orang terluka akibat ledakan bom milisi Taliban yang disimpan di dalam ambulans yang lewat di Kabul, Afganistan, 28 Januari 2018.[AL JAZEERA]
Desakan Taliban itu disampaikan menyusul kesediaan Presiden Ashraf Ghani, bulan lalu, melakukan pembicaraan perdamaian dengan Taliban dan siap bernegosiasi untuk mengakhiri peperangan yang berlangsung lebih dari 16 tahun di Afganistan.
Taliban sejauh ini, tulis Channel News Asia, tidak menunjukkan sikapnya untuk siap berunding dengan pemerintah Afganistan.
Menurut Taliban, usulan konferensi perdamaian yang dihadiri oleh para ulama dari Afganistan, Pakistan, dan Indonesia hanyalah sebuah legitimasi kehadiran bangsa kafir ke negara Islam Afganistan.Militan Taliban menyerang Hotel Intercontinental di Kabul untuk mencari warga asing [AP]
Konferensi usulan Presiden Joko Widodo yang akan digelar pada akhir Maret 2018 itu, menurut pernyataan Taliban yang tersebar di media massa, adalah upaya menuding jihad suci di Afganistan sebagai pertumpahan darah yang tidak sah.
Baca: Korban Tewas Serangan Taliban di Afganistan Lebih Dari 100 Orang
Taliban hingga saat ini melakukan perlawanan bersenjata terhadap pemerintah Afganistan, meskipun posisi mereka terdesak oleh serangan udara Amerika Serikat. Kelompok bersenjata itu tak segan menyerang dengan taktik bom bunuh diri terhadap pasukan pemerintah.