TEMPO.CO, Jakarta -Salman bin Abdulaziz al-Saud yang naik tahta sebagai raja Arab Saudi pada usia 79 tahun, membuat perubahan besar di negara yang termakmur dan sekaligus paling konservatif di Timur Tengah.
Berikut sejumlah perubahan besar yang dihasilkan oleh Raja Salman yang resmi jadi raja tanggal 23 Januari 2015.
Baca: Raja Salman Mundur Pekan Depan, Saudi Dipimpin Putra Mahkota
Suksesi
Raja Salman membuat perubahan kunci dalam suksesi di dalam tubuh pemerintahan. Dia memiliki keponakannya Mohammed bin Nayef sebagai calon putra mahkota dan mengangkat putranya Pangeran Mohammed bin Salman sebagai menteri pertahanan, mengutip Daily Mail, 5 November 2017.
Infografis: Silsilah Kerajaan Arab Saudi, Berdiri 1932
Pada Juni 2017, Raja Salman mengangkat anaknya, Mohammed bin Salman yang baru berusia 31 tahun sebagai putra mahkota. Dengan begitu Nayef tersingkir dari posisi itu.
Perang di Yaman
Saudi memimpin pasukan koalisi untuk melancarkan serangan udara ke Yaman untuk membantu pasukan Presiden Abedrabbo Mansour Hadi melawan milisi Syiah, Houthi dan sekutunya.
Namun, pasukan koalisi pimpinan Saudi menuai kritikan luas dari kelompok hak asasi manusia karena serangan udara mereka menewaskan begitu banyak warga sipil.
Baca: Raja Salman, Riwayatmu Dulu...
Hubungan retak dengan Teheran
Pemicunya ketika Saudi mengeksekusi 47 orang yang didakwa terlibat terorisme pada Januari 2016. Mereka yang dieksekusi termasuk ulama terkemukan Syiah, Nimr al-Nimr. Sehingga esksekusi ini membuat krisis diplomatik kedua negara yang memang sejak dulu saling bermusuhan mencari pengaruh di Timur Tengah.
Riyadh memutus hubungan diplomatik dengan Teheran setelah kedutaan Saudi dan konsulatnya di Iran diserang setelah Nimr dieksekusi.
Raja Saudi Salman, turun dari pesawat pribadinya usai mendarat di bandara Vnukovo di Moskow, Rusia, 4 Oktober 2017. AP Photo
Reformasi Ekonomi
April 2016, pemerintah Saudi menyetujui reformasi besar-besaran yang disebut sebagai Vision 2030 yang bertujuan mengakhiri ketergantungan ekonomi pada minyak dengan melakukan diversifikasi sumber pendapatan baru.
Rencana ini melibatkan perusahaan raksasa minyak Saudi, Aramco dan menghasilkan pendanaan abadi atau sovereign wealth fund senilai US$ 2 triliun.
Saksikan: Raja Salman dan Penguasa Arab Saudi dari Masa ke Masa
Pertengahan 2014, dengan merosotnya harga minyak, Riyadh menghapus subsidi dan menunda proyek-proyek besar.
Dan di tahun 2016, Saudi sebagai peimpin negara-negara penghasil minyak atau OPEC dan penghasil minyak non OPEC yang dipimpin Rusia sepakat mengurangi produksi minyak untuk mendorong naiknya harga minyak.
Baca: AS Mulai Khawatir Reformasi Arab Saudi Ganggu Kepentingannya
Menggolkan sejumlah kesepakatan dengan Washington.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berkunjung ke Saudi pada Mei 2017. Washington dan Riyadh mengumumpkan kontrak baru senilai lebih dari US$380.
Dari total nilai kontrak itu, sebanyak US$110 miliar untuk kesepakatan penjualan senjata yang ditujukan untuk menghadapi ancaman Iran dan kelompok radikal Islam.
Krisis Qatar
Saudi dan sejumlah negara Teluk sekutunya serta Mesir sepakat mengucilkan Qatar. Alasannya, Qatar dituding mendanai teroris dan bersahabat dengan Iran.
Negara-negara ini juga menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Doha termasuk menutup langitnya dan perairannya untuk dilintasi Qatar.
Qatar kukuh membantah tudingan Saudi dan sekutunya itu.
Baca: Penasehat Pangeran Miteb Kritik Putra Mahkota Arab Saudi
Memberikan kebebasan dan hak lebih luas kepada perempuan
Sebuah gebrakan baru bagi perempuan Saudi terjadi pada Desember 2015. Perempuan untuk pertama kali memiliki hak dipilih sebagai kandidat sekaligus hak memilih calon di parlemen.
September lalu, dekrit kerajaan mengumumkan pencabutan larangan perempuan Saudi menyetir mobil yang diberlakukan mulai Juni 2018.
Dekrit ini dikeluarkan hanya beberapa hari setelah perempuan Saudi diperbolehkan menonton kegiatan olahraga di stadiun terbuka untuk pertama kali dalam sejarah Saudi. Namun, perempuan Saudi masih harus meminta izin kepada saudara laki-lakinya dalam hal studi dan mengadakan perjalanan.
Presiden Jokowi (kanan), Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud (kedua kanan), Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri (kiri) dan Menko PMK Puan Maharani melakukan selfie di Istana Merdeka, Jakarta, 2 Maret 2017. Dalam kunjungannya Raja Arab Saudi ini menyatakan ingin bertemu cucu dari Presiden pertama RI, Soekarno. SETPRES/Agus Suparto
Kebebasan Berpendapat
Aparat Saudi menangkap sedikitnya 20 orang termasuk ulama terkemuka Salman al-Awdah dan Awad al-Qarni pada September lalu dipicu perbedaan pendapat.
Kemudian, jurnalis dan penulis terkenal Saudi, Jamal Khashoggi dilarang menulis di surat kabar Al-Hayat, karena dianggap membeli kelompok Ikhwanul Muslimun dalam kicauannya di Twitter.
Baca: Arab Saudi Bekukan Rekening Tersangka Korupsi, Alwaleed bin Talal
Investasi
Saat konferensi investasi digelar pada akhir Oktober dengan tajuk Davos in the Desert, Riyad mengungkap rencana membangun teknologi canggih dengan proyek-proyek raksasa.
Otoritas Saudi juga akan segera mengeluarkan visa turis.
Putra Mohammed bin Salman juga mengumumkan akan menjadikan Saudi sebagai negara Islam yang moderat setelah selama ini dikenal konservatif dan sangat puritan.