TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma mengatakan secara terbuka bahwa negaranya siap mengerahkan pasukan militer ke Zimbabwe menyusul kisruh politik di negeri itu setelah Presiden Robert Mugabe ditahan militer.
Presien Zimbabwe, Robert Mugabe, istri dan keluarganya harus menjalani tahanan rumah setelah militer menguasai negara. Namun militer menolak dituding melakukan kudeta atau mengambil alih kekuasaan.
Baca: Dikecam Pendonor, WHO Hapus Mugabe Sebagai Duta Goodwill
Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe memberikan pidato dalam acara ulang tahunnya ke-92 di Harare, 27 Februari 2016. AP/Tsvangirayi Mukwazhi
"Presiden dan keluarganya aman. Keselamatannya kami jamin," kata Mayor Jenderal Sibusiso Moyo, juru bicara militer Zimbabwe kepada wartawan, Selasa malam, 14 November 2017, waktu setempat.
Zuma mengatakan kepada wartawan sebagaimana dikutip SBS bahwa dia akan segera menggelar pertemuan dengan sejumlah negara di Afrika yang tergabung ke dalam Southern African Development Community (SADC) di Botswana pada Kamis, 16 November 2017.
"Kami akan mendiskusikan situasi terkini di Zimbabwe," ucapnya.
Zuma mendesak pemerintah dan Pasukan Pertahanan Zimbabwe memecahkan situasi yang sangat genting di negara tersebut.Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe bersama dengan istrinya Grace memotong kue ulang tahun di Istana presiden di Harare, 22 Februari 2016. Presiden Mugaber rayakan ulang tahun ke-92 dengan pesta mewah yang mengeluarkan biaya hampir 1 juta dollar. AP/Tsvangirayi Mukwazhi
Berbicara atas nama SADC, Zuma mengaku sangat prihatin atas situasi di Zimbabwe. Dia berharap kepada semua pihak menahan diri dan tidak melakukan perubahan pemerintahan dengan cara tidak konstitusional.
Baca: Presiden Tertua Mugabe Berani Minta Trump Tiup "Terompet"
"SADC akan memantau situasi Zimbabwe dari jarak dekat sekaligus terlibat dalam pemecahan situasi politik di sana," ujar Zuma.