TEMPO.CO, Jakarta - Presien Zimbabwe, Robert Mugabe, istri dan keluarganya harus menjalani tahanan rumah setelah militer menguasai negara. Namun militer menolak dituding melakukan kudeta atau mengambil alih kekuasaan.
"Presiden dan keluarganya aman. Keselamatannya kami jamin," kata Mayor Jenderal Sibusiso Moyo, juru bicara militer Zimbabwe kepada wartawan, Selasa malam, 14 November 2017, waktu setempat.
Baca: Militer Kuasai Ibukota Zimbabwe, Diduga Mau Kudeta Mugabe
Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe bersama dengan istrinya Grace, saat bersiap-siap memberikan pidato dalam acara ulang tahunnya ke-92 di Masvingo, 27 Februari 2016. AP/Tsvangirayi Mukwazhi
"Kami hanya mengejar para penjahat yang ada di pemerintahan. Misi kami akan selesai ketika situasi negara normal." Dia menambahkan, "Ini bukan aksi ambil alih negara oleh militer."
Aksi militer ini dilatarbelakangi oleh kekecewaan mereka atas kondisi sosial dan ekonomi Zimbabwe yang sangat mendertia. Menurut mereka situasi tersebut akibat kepemimpinan Mugabe dan Menteri Keuangan Ignatius Chombo.
"Menteri Keuangan Ignatius Chombo juga ditahan oleh militer," Independent melaporkan.
Pengumuman militer itu mengejutkan semua pihak disusul tembakan senjata berat di dekat kediaman pribadi presiden berusia 93 tahun tersebut. Bahkan sejumlah negara marah atas aksi militer Zimbabwe.Seorang ibu menggendong anaknya saat mengambil bantuan makanan dari World Food Programme (WFP) di Chiredzi Mupinga, Zimbabwe, 6 Oktober 2015. Anomali cuaca yang disebabkan oleh pemanasan Samudera Pasifik, kemungkinan akan menyebabkan banjir di khatulistiwa Afrika dan kekeringan di Afrika selatan. REUTERS/Philimon Bulawayo
Salah satu negara yang murka itu adalah Afrika Selatan. Presiden Jacob Zuma gusar ketika dia mendengar rekannya, Mugabe dan keluarganya, menjalani tahanan rumah oleh militer.
Baca: Robert Mugabe, Diktator Zimbabwe dan Presiden Tertua Dunia
Pretoria mengatakan, Afrika Selatan akan mengerahkan militer dan intelijen ke Harare untuk memecahkan krisis atas nama blok negara Afrika.
"Afrika Selatan, Uni Eropa, PBB, Inggris selaku bekas negara penjajah Zimbabwe diminta menaha diri oleh Zuma," tulis SBS.