TEMPO.CO, Tokyo -- Pemerintah Filipina dan Jepang bersepakat untuk mengutuk peluncuran rudal balistik Korea Utara, yang telah beberapa kali dilakukan sejak awal tahun ini.
Kedua negara juga mendesak rezim Kim Jong Un agar mau berdialog dengan semua pihak terkait upaya menurunkan ketegangan di Semenanjung Korea.
Baca: Pertama Kali 3 Kapal Induk Amerika Berkumpul Dekat Korea Utara
Baca:Pertama Kali, Intelijen Amerika Ungkap Hebatnya Rudal Korea Utara
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berbicara dengan petugas saat mengunjungi pabrik kosmetik di Pyongyang, 28 Oktober 2017. KCNA/via REUTERS
Duterte menambahkan,"Kita mengecam uji coba pengembangan senjata pemusnah massal dan meminta semua pihak terkait untuk datang ke meja perundingan untuk menyelesaikan masalah ini."
Dalam penjelasan ke media Filipina pada Ahad lalu, Duterte mengatakan perintah Kim Jong Un untuk meluncurkan rudal balistik dan ketegangan Korea Utara dengan Amerika Serikat tidak bisa diterima.
Duterte meyakini hanya Cina, yang merupakan sekutu utama Korea Utara, yang dapat meyakinkan Kim Jong Un untuk berdialog.
"Tidak ada orang yang bicara dengan dia (Kim Jong Un)," kata Duterte merujuk pemimpin tertinggi Korea Utara itu.
Pada hari ini, Selasa, 31 Oktober 2017, Perdana Menteri Shinzo Abe juga menyampaikan pernyataan bersama dengan Sekretaris Jenderal Nato, Jens Stoltenberg. Keduanya mengutuk pengembangan senjata nuklir Korea Utara dan menilainya sebagai ancaman global.
"Rudal balistik dan tes nuklir Korea Utara merupakan serangan serius terhadap Dewan Keamanan PBB," kata Stoltenberg dalam pernyataan bersama seusai bertemu dengan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe.
"Korea Utara menjadi ancaman global yang memerlukan respon global," kata dia menambahkan. Seperti telah diberitakan, Pyongyang telah melakukan serangkaian uji coba rudal balistik dalam beberapa bulan terakhir. Negara komunis itu juga melakukan uji coba peledakan nuklir pada September lalu.
Kunjungan Stoltenberg ke Tokyo ini dilakukan beberapa hari menjelang kunjungan pertama Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada awal bulan depan. Kunjungan ini akan dimulai pada Ahad pekan depan.
Pembicaraan mengenai sistem persenjataan Korea Utara seperti nuklir akan mendominasi pembicaraan dengan Cina, yang juga masuk dalam daftar kunjungan Trump. Trump bakal meminta Cina untuk menekan rezim Korea Utara agar meninggalkan program persenjataannya.
"Dari pada hanya dialog, tekanan yang kuat dibutuhkan agar rezim Korea Utara mengubah kebijakannya," kata Abe dalam pernyataan bersama ini.
SUN STAR | TODAY ONLINE