Kelompok Milisi: Latihan Militer Terbatas dan Pernah Ada di Indonesia
Reporter
Tempo.co
Editor
Dwi Arjanto
Selasa, 9 November 2021 12:41 WIB
BAGHDAD -Kelompok milisi dukungan Iran dituding berada di belakang serangan drone ke Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi, pada Minggu 7 November 2021 lalu.
Perdana Menteri Irak tersebut lolos tanpa cedera dari serangan di kediamannya di ibukota Irak, Baghdad, yang dilakukan dengan menggunakan pesawat tanpa awak sarat bahan peledak.
Banyaknya konflik di dunia juga menimbulkan milisi dengan kepentingannya masing-masing.
Milisi sendiri, dikutip dari britannica.com merupakan organisasi warga yang berbentuk militer dengan pelitahan terbatas. Biasanya yang disediakan untuk layanan darurat dan pertahanan lokal.
Kemunculan milisi-milisi ini dapat dilihat sejak zaman kerajaan Macedonia dibawah pimpinan Philip II. Terdapat milisi klan di daerah yang mampu berperang melawan penjajah.
Namun pada perkembangannya, bentuk milisi-milisi berubah arah dengan imbalan hak untuk menguasai tanah, tenaga kerja udak, dan sumber-sumber keuntungan lainnya. Hal ini disebabkan karena kekuatan politik yang semakin tersentralisasi.
Banyak contoh bentuk milisi yang pernah ada.
Salah satunya di Indonesia yaitu APRA atau Angkatan Perang Ratu Adil yang pro terhadap Belanda puluhan tahun silam.
Kelompok milisi ini muncul di era Revolusi Kemerdekaan. Dibentuk dan dipimpin oleh Raymond Westerling yang merupakan mantan kapten Tentara Hindia Belanda, Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL).
Westerling ingin mempertahankan bentuk negara yang federalis. Dia menolak Republik Indonesia Serikat yang terlalu Jawa-sentris di bawah Soekarno-Hatta kala itu.
Selain itu, kelompok milisi lokal banyak muncul setelah Presiden BJ Habibie mengumumkan akan diadakan jajak pendapat bagi nasib rakyat Timor Timur untuk memilih bergabung atau merdeka dari Indonesia. Tepatnya pada 27 Januari 1999.
Selanjutnya: Laporan organisasi pembelaan dalam masalah-masalah pelanggaran HAM...
<!--more-->
Laporan organisasi pembelaan dalam masalah-masalah pelanggaran HAM, Human Right Watch, setidaknya terdapat 13 kelompok milisi tingkat kabupaten yang tiba-tiba muncul.
Kelompok-kelompok milisi ini seolah-olah dibentuk guna membela dan melindungi warga dari aksi kekerasan oleh gerilyawan yang pro kemerdekaan. Namun sebenarnya milisi ini melakukan intimidasi penduduk agar memilih otonomi dan mendukung integrasi dengan bangsa Indonesia.
James Dunn dalam studinya “Crimes against Humanity in East Timor, January to October 1999: Their Nature and Causes” menjelaskan lebih rinci latar belakang munculnya kelompok militan Timor Timur ini.
Lahirnya kelompok-kelompok milisi ini, menurut Dunn, merupakan hasil inisiatif dari lingkaran senior Tentara Nasional Indonesia.
Tekanan terhadap Presiden BJ Habibie kala itu, mendorong petinggi militer untuk menyokong kelompok-kelompok tersebut. Lebih lanjut Dunn memperkirakan ada ratusan hingga seribu lebih rakyat Timor Timur yang tewas dibunuh kelompok milisi saat itu.
RAHMAT AMIN SIREGAR
Baca: Amerika Serang Gudang Senjata di Suriah, Milisi Bekingan Iran Sinyalkan Balasan