TEMPO.CO, Munich - Negara-negara superkuat sepakat gencatan senjata di Suriah diberlakukan bertahap sebagai jembatan menuju perundingan damai sejati pada bulan ini. Demikian kesimpulan pertemuan mereka yang digagas oleh Rusia di Munich, Jerman, Kamis, 11 Februari 2016.
Pertemuan yang berlangsung maraton hinggga Kamis tengah malam waktu setempat itu dihadiri pula oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serika, John Kerry. Dia mengatakan, kekuatan dunia setuju atas rencana yang dapat mengubah kehidupan sehari-hari rakyat Suriah.
"Hari ini di Munich kita percaya bahwa kita telah membuat perkembangan pada dua sisi yakni masalah kemanusiaan dan gencatan senjata," kata Kerry. "Ini adalah tawaran kepada semua pihak di Suriah, kecuali untuk ISIS dan al-Nusra."
Pada pertemuan tersebut tidak dibahas materi apa saja yang perlu diterapkan dalam gencatan senjata. Meskipun sebelumnya para menteri yang turut hadir dalam perundingan itu mengusulkan tiga isu pokok yakni, gencatan senjata bertahap dengan batas waktu, akses terhadap bantuan kemanusiaan oleh kedua belah pihak yang berrtikai, komitmen Suriah terhadap negosiasi politik sebagaimana yang pernah dibicarakan di Jenewa.
Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond, mengatakan, mengakhiri perang hanya dapat berhasil jika Rusia menghentikan serangan udara untuk mendukung pasukan pemerintah terhadap kelompok oposisi.
"Jika kesepakatan ini diterapkan sepenuhnya, ini merupkan sebuah langkah penting untuk mengurangi pembunuhan dan penderitaan rakyat Suriah," kata Hammond dalam sebuah pernyataan.
Seorang sumber Barat mengatakan, "kita tidak mendapatkan kesepakatan segera mengkahiri bombardir jet Rusia, tetapi kita telah komit terhadap sebuah proses yang jika dilaksanakan akan mengubah situaasi."
Para pemimpin dunia temasuk AS, Rusia, Arab Saudi, dan Iran turut hadir dalam pertemuan di Muncih, Jerman, pada Kamis, 11 Februari 2016, untuk memulai kembali perundingan damai antara pemerintah Suriah dan oposisi.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN