TEMPO Interaktif, Jakarta --Kekhawatiran media tradisional akan tergilas oleh media online tidak akan terjadi selama media tradisional mampu meningkatkan kualitas beritanya. “Hanya ini satu-satunya jalan untuk bertahan hidup,” kata Franz Josef Gemein, penasehat media dan mantan juru bicara Kanselor Jerman, Angela Merkel dalam German-Indonesia Media Dialog ke-2 bertajuk “Today's Media Landscape and Its Implication” di Jakarta, hari ini, Senin, 12 September 2011.
Gemein menjelaskan, kualitas berita yang harus diperkuat oleh media tradisional seperti surat kabar, radio, televisi adalah kedalaman berita. Dan untuk menghasilkan berita yang berkualitas, maka profesionalitas jurnalis menjadi kunci utama.
Ia kemudian menyetir ucapan banyak orang saat ini, termasuk di Jerman, bahwa siapa saja sekarang ini bisa menjadi jurnalis. Soalnya setiap orang bisa mengakses internet dan melaporkan peristiwa layaknya seorang jurnalis. “Namun yang membedakan adalah kualitas berita dari jurnalis,” kata Gemein.
Bahkan, dia melanjutkan, ada yang mengatakan kerja jurnalis saat ini semakin gampang karena bantuan Internet. Gemein menegaskan, justru dengan kehadiran Internet, pekerjaan jurnalis malah semakin sulit. Sebab, dengan adanya Internet, informasi begitu cepat bermunculan bagai tsunami. Media online berpacu dengan kecepatan informasi. Nah, dalam situasi ini jurnalis akan dipicu untuk lebih cepat lagi mengkonfirmasi atau mengklarifikasi ke sumber berita. Tentu saja hal ini tidak mudah dilakukan.
Direktur Program Media di Asia Konrad Adenauer-Stiftung, Paul Linnarz menjelaskan, tanggung jawab media dan pasar dari produk media merupakan dua hal penting dalam menyikapi derasnya informasi di era Internet dan mempertahankan eksistensi media.
Indonesia sebagai negara kepulauan, kata Paul, perlu mencermati pentingnya mengembangkan dan memperkuat media lokal. Dan, pasar pun dengan lebih mudah dapat dipetakan.
Dialog yang dibuka oleh Duta Besar Jerman Norbert Baas diikuti beberapa jurnalis Jerman dan Indonesia serta sejumlah akademisi dan praktisi media dari kedua negara.
MARIA RITA HASUGIAN