TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Mesir untuk Indonesia , Ahmed Amr Ahmed Moawad bertekad untuk meningkatkan hubungan dengan Indonesia di segala bidang. “Hubungan bilateral Indonesia dan Mesir bersejarah, tapi saya berharap kita tidak saja bergantung pada sisi sejarah, tapi di segala bidang,” kata Ahmed di sela-sela syukuran usai penyerahan surat kepercayaan kepada Presiden Joko Widodo sekaligus Peringatan 43 tahun Perang Kemenangan Mesir di kediamannya, Kamis, 6 Oktober 2016.
Kediaman tersebut juga memiliki nilai bersejarah karena menjadi tempat pertemuan antara Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser dan Presiden RI pertama Ir. Soekarno.
“Kami berharap dapat meningkatkan hubungan yang baik, mendapatkan proyek-proyek besar. Indonesia layak mendapatkannya, Mesir layak mendapatkannya, semoga kita punya kesempatan lebih baik di masa depan,” tambah Duta Besar yang fasih berbahasa Jerman, selain Inggris dan Arab tersebut.
Dalam pidato sambutannya, Ahmed mengungkapkan pemerintah Mesir saat ini sedang berupaya meningkatkan makro ekonomi untuk menarik investasi asing langsung. Terutama di sejumlah proyek-proyek infrastruktur di Mesir.
Tidak saja dari segi bisnis , perdagangan dan investasi, Ahmed jug aingin meningkatkan hubungan antar warga, seperti di bidang pendidikan, serta wisata. “Kami ingin agar warga Mesir ke sini menikmati keramahan rakyat Indonesia, juga sebaliknya,” kata mantan Konsul Jenderal Mesir di Frankfurt, Jerman ini.
Bidang lain yang ingin dikembangkan Ahmed juga memerangi ekstremisme dan terorisme, serta menerapkan Islam yang moderat.
Di ASEAN, Ahmed mengungkapkan negaranya telah menandatangani instrumen traktat persahabatan dan kerja sama atau Treaty of Amity and Cooperation (TAC) saat KTT ASEAN ke-28 dan 29 di Vientiane, Laos 6-7 September 2016. Selesainya tahap pertama proyek Kanal Suez yang baru diharapkan memberi dampak positif yang signifikan bagi perdagangan dengan negara-negara ASEAN dan dunia.
Menurut mantan Menteri Luar Negeri Alwi Shihab, kedekatan hubungan kedua negara membuka kemungkinan kerja sama ekonomi yang lebih baik. “Hubungan politik antara kita dan Mesir sudah sangat bagus,” kata Alwi yang dijumpai dalam acara tersebut.
Dia memberi contoh soal impor fosfat Indonesia. “Apakah mereka siap mengikuti langkah Yordania untuk berinvestasi pabrik pupuk di Indonesia,” kata Alwi. Atau sebaliknya, Indonesia melakukan investasi di Mesir karena di negeri itu juga memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Alwi menilai hubungan di bidang pariwisata juga perlu ditingkatkkan. Selain Kairo, Luxor, bisa juga tujuan wisata di bidang spiritual seperti makam Imam Besar Syafi’i.
Di bidang pendidikan, Universitas Al Azhar selama ini telah memberikan beasiswa setiap tahun. Menurut Alwi, Indonesia perlu meningkatkan jumlah mahasiswa ke Al Azhar, lantaran di sana diajarkan Islam moderat yang cocok dengan budaya dan praktek keislaman di Indonesia.
“Kita perlu memberikan pencerahan bagi masyarakat Indonesia yang sekarang ini menghadapi tantangan radikalisme, menghadapi tantangan pemahaman Islam yang kaku,” kata Alwi.
Menurutnya, Al Azhar adalah salah satu tempat yang perlu dikembangkan dan diperlukan oleh dunia Islam. “Di Al Azhar diajarkan Islam moderat, Islam yang menghormati agama lain dan mazhab lain. Karena Al Azhar lah minoritas Kristen di Mesir hidup nyaman, kelompok Islam lain juga tidak merasa ada kelompok lain yang memaksakan kehendaknya,” kata Alwi.
NATALIA SANTI