TEMPO.CO, London - Dengan perkiraan 50 gempa bumi terjadi di seluruh dunia pada setiap harinya, keselamatan bangunan yang terletak di kawasan berisiko tinggi menjadi perhatian penting.
Kini, guna menghindari kemungkinan kejadian buruk dan mengurangkan risiko kematian, ilmuwan tengah mengembangkan kotak hitam yang dikhususkan untuk menilai keamanan bangunan jika terjadi bencana gempa bumi, letupan, atau kebakaran.
Sensor dari kotak hitam itu akan memberikan kode kepada petugas darurat apakah sebuah gedung aman setelah diguncang bencana alam ataupun serangan teroris. Kemudian, alat itu juga akan memberikan laporan status bangunan apakah masih layak huni setelah fase penyelamatan berakhir.
Seperti dilansir Daily Mail pada Kamis, 8 September 2016, proyek yang diberi nama RECONASS itu, dipimpin oleh pemerintah, perusahaan bisnis dan universitas di Inggris, Jerman, Swedia, Belanda, Yunani, dan Italia.
Kerja sama itu melibatkan pembuatan kotak hitam yang mampu memberi peringatan tepat terhadap keselamatan struktur bangunan selepas terjadi bencana.
Direktur Kelompok ilmuwan Teknik Analisis Simulasi dan Tribologi Universitas Anglia Ruskin, Profesor Hassan Shirvani, mengatakan sistem yang digunakan sama seperti kotak hitam yang ada dalam pesawat.
Menurut Shirvani, sistem ini dibuat dengan daya tahan yang tinggi dan mampu menyalurkan informasi secara berkelanjutan dalam situasi apapun.
"Alat ini memiliki dua tingkat, yaitu pertamanya menyalurkan informasi keamanan bangunan ketika bencana terjadi. Tahap kedua adalah paling penting yaitu mengukur tingkat keutuhan struktur apakah perlu dimodifikasi atau dimusnahkan," kata Shirvani seperti dilaporkan portal Mail Online.
Namun, Shirvani menyatakan peralatan itu masih di tahap tes dan jika berhasil, kotak hitam tersebut akan dipasang pada bangunan yang penting seperti rumah sakit, sekolah, gedung pemerintah, bandara, dan jembatan.
DAILY MAIL | YON DEMA