TEMPO.CO, Baghdad -Situasi kemanusiaan terus memburuk di Irak, seiring ribuan warga mengungsi dari rumah akibat perang di beberapa front.
Beberapa hari terakhir di Fallujah, yang berjarak 60 kilometer sebelah barat Ibukota Baghdad, menjadi kota pertama yang dibidik pasukan pemerintah untuk memerangi kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Lalu Mosul berikutnya digempur.
Pemerintah Irak yang mendirikan kamp-kamp pengungsi Ahad, 19 Juni 2016 berupaya menampung ribuan orang yang kabur dari Fallujah seiring militer bertempur mengggempur para petempur ISIS di beberapa distrik di bagian utara.
Seperti dilaporkan Reuters, Perdana Menteri Haider al-Abadi mendeklarisikan kemenangan sudah mengatasi para petempur pada Jum’at, 17 Juni 2016, lalu setelah tentara pemerintah mencapai pusat kota. Hal itu setelah gempuran mereka didukung empat pekan serangan udara koalisi yang dipimpin Amerika Serikat.
Namun baku tembak, serangan bom bunuh diri dan serbuan mortar terhadap posisi pemerintah masih berlanjut.
Lebih dair 82 warga sipil telah mengungsi dari Fallujah sejak serbuan dilakukan mulai akhir bulan lalu. Dan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekitar 25 ribu pengungsi tampaknya bakal keluar kota itu.
“Orang-orang melarikan diri dan berjalan kaki selama beberapa hari keluar dari kota itu. Mereka kebanyakan meninggalkan Fallujah tanpa membawa apapun,” ujar Lise Grande, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Irak, kepada Reuters, Ahad, 19 Juni 2016. “Mereka tak punya apa-apa dan butuh banyak bantuan.”
Seperti dilaporkan Al Jazeera, militer Irak pada Sabtu lalu waktu setempat berhasil menguasai rumah sakit utama di Fallujah, sehari setelah penaklukan kompleks pemerintahan di pusat kota yang selama ini dikuasai ISIS.
Para petempur ISIS, atau ISIL masih memegang 20 persen kota Fallujah dan menggeserkan kekuatan ke distrik-distrik sebelah utara.
REUTERS | AL JAZEERA | DWI ARJANTO