TEMPO.CO, Dhaka - Polisi menahan seorang mahasiswa terkait dengan pembunuhan seorang guru besar di Bangladesh. Pembunuhan itu diklaim dilakukan oleh Negara Islam Irak dan Levant (ISIL).
Tamijuddin Sarker, perwira senior polisi, mengatakan polisi menangkap mahasiswa tersebut pada Sabtu malam, 23 April 2016, beberapa jam setelah Rezaul Karim Siddique—guru besar itu—ditemukan tewas.
Siddique adalah seorang profesor bahasa Inggris, 58 tahun, yang ditemukan tewas di kota utara Rajshahi. "Mahasiswa tersebut tidak resmi didakwa atas pembunuhan, tapi ditahan untuk diinterogasi," kata Sarker. Ia mengatakan sudah ada enam penyelidik yang bekerja untuk menyelesaikan pembunuhan itu.
Siddique diserang dari belakang dengan parang saat berjalan ke stasiun bus dari rumahnya. Tiga penyerang bersepeda motor menyerang Siddique dan menggorok lehernya hingga tewas.
Minggu, 24 April, para pengajar di Universitas Rajshahi melakukan aksi mogok untuk menuntut hukuman bagi pembunuh. Mahasiswa juga berunjuk rasa di kampus. Mereka meminta pemerintah menangkap para penjahat dan menjamin keselamatan para guru, penulis, dan pemikir bebas.
"Polisi mengatakan bahwa cara pembunuhan itu sangat mirip dengan yang lain, dan mereka percaya bahwa itu adalah serangan dengan motif agama," ujar Maher Sattar, wartawan Al Jazeera, yang melaporkan dari Dhaka. "Dia menjadi aktivis budaya, bukan seseorang yang mengkritisi agama dan kegiatan budayanya yang dipandang tidak agamis,” tulis Sattar. Adapun ISIL mengklaim Siddique tewas karena memperkenalkan ateisme.
Menurut kantor berita Amaq, serangan itu mirip dengan yang dilakukan ISIL terhadap blogger sekuler di negara tersebut. Pelaku menggunakan senjata tajam dan menyerang dari belakang.
Menurut pihak kepolisian, metode yang digunakan tersangka ini sama dengan saat membunuh blogger Bangladesh pada 2014 dan 2015. Setidaknya, lima blogger dan satu penerbit dibunuh oleh pejuang bersenjata di Bangladesh sejak tahun lalu.
AL JAZEERA | ARKHELAUS