TEMPO.CO, Ankara - Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan pemerintah sudah menahan sebelas tersangka yang terkait dengan pengeboman di Ankara, Minggu, 13 Maret 2016, yang menewaskan 37 nyawa.
Davutoglu juga memberi tahu wartawan bahwa ada pertanda kuat yang menyebutkan serangan teror itu dilakukan pemberontak Kurdi.
Pada Senin, pemerintah Turki bereaksi dengan memerintahkan pesawat militer membombardir basis pemberontak Kurdi di wilayah pegunungan di utara Irak, setelah Ankara mengklaim memiliki bukti para pemberontak itu bertanggung jawab melakukan serangan bom bunuh diri tersebut.
Davutoglu menambahkan, tes DNA untuk mengidentifikasi dua pelaku bom bunuh diri juga tetap akan dilanjutkan. Pemimpin itu juga menyatakan pemerintah bertekad melawan pemberontak sehingga mereka dikalahkan.
Kantor berita resmi Anadolu melaporkan bahwa polisi menahan empat orang di tenggara Turki semalam lantaran kendaraan yang mereka pakai digunakan dalam serangan bom mobil kemarin. Anadolu, yang mengutip sumber keamanan, menyebutkan empat orang ditahan di Kota Sanliurfa yang terletak di utara perbatasan Suriah, setelah menemukan kendaraan itu dibeli dari showroom mobil di sana.
Seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin, 14 Maret 2016, empat tersangka itu dibawa ke Ankara.
Straits Times melaporkan bahwa seorang pejabat Turki mengatakan pada Senin bahwa salah satu pengebom diyakini sebagai seorang wanita yang memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdi (PKK). Sumber di kepolisian mengatakan potongan tangan wanita itu ditemukan 300 meter dari lokasi ledakan.
Bukti yang diperoleh sejauh ini menunjukkan perempuan tersebut lahir pada 1992 dan berasal dari timur Kota Kars, dekat perbatasan Armenia, dan telah bergabung dengan kelompok militan pada 2013. Adapun tersangka kedua adalah warga negara Turki, laki-laki, juga dengan link PKK.
Para pemimpin dunia mengutuk serangan itu, termasuk Perdana Menteri Inggris David Cameron yang menyebut serangan itu “mengejutkan”. Sedangkan Menteri Luar Prancis mengatakan serangan tersebut sebagai “serangan pengecut”.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan serangan itu tidak manusiawi. Adapun Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg meminta anggota badan tersebut bersatu dengan Turki untuk melawan terorisme.
STRAITS TIMES | ANADOLU AGENCY | YON DEMA