TEMPO.CO, Shanghai - Setelah 35 tahun memberlakukan aturan ketat yang hanya mengizinkan pasangan menikah memiliki satu anak, Cina kini sedang mempertimbangkan kebijakan baru: dua anak.
"Peraturan baru yang mengizinkan semua pasangan Cina memiliki dua anak bisa dilaksanakan segera jika semuanya berjalan dengan baik," kata seorang pejabat pemerintah, seperti dikutip oleh China Business News.
Lu Jiehua, seorang profesor demografi di Universitas Peking, kepada Global Times, memprediksi aturan baru itu mungkin akan diberlakukan tahun depan. "Semua yang terkait kebijakan, peraturan, formalitas, dan fasilitas harus berada dalam posisi yang mendukung (kebijakan) dan itu butuh waktu," katanya.
Sementara itu, Liang Zhongtang, ahli demografi dari Akademi Ilmu Sosial Shanghai, mengatakan kebijakan satu anak seharusnya dihapuskan sejak dulu. "Masalah utama adalah bukan tentang satu anak atau dua anak. Ini tentang kebebasan reproduksi. Ini tentang hak asasi manusia. Di masa lalu, pemerintah gagal memahami esensi dari masalah ini," katanya.
Para ahli telah memperingatkan bahwa populasi Cina kini kian menua. Akibatnya, persediaan tenaga kerja produktif pun semakin susut. Menurut PBB, Cina akan memiliki hampir 440 juta warga berusia di atas 60 tahun pada 2050.
Sementara itu, jumlah penduduk usia kerja--mereka yang berusia 15-59 tahun--malah akan turun.
Dalam beberapa tahun terakhir, Cina sebenarnya mulai melonggarkan pemberlakuan kebijakan satu anak. Keluarga etnis minoritas dan pasangan di pedesaan yang anak sulungnya perempuan sudah boleh memiliki anak dua. Sejak 2013, pasangan di beberapa bagian negara telah diizinkan memiliki dua anak jika salah satu orang tua adalah anak tunggal.
THE GUARDIAN | MECHOS DE LAROCHA