TEMPO.CO, Rangoon - Krisis kemanusiaan di Myanmar yang menyebabkan ribuan orang Rohingya terusir dari tanah mereka tak terlepas dari derasnya propaganda sejumlah tokoh. Penduduk Myanmar, yang 85 persen atau 60 juta orang adalah penganut Buddha, telah lama menumbuhkan ketidaksukaan pada muslim Rohingya. (Baca: Derita Rohingya: Suu Kyi Tetap Bungkam, Partai Buka Suara)
Salah satu orang yang disebut-sebut berperan dalam memanaskan konflik tersebut adalah biksu Ashin Wirathu. Dia disebut oleh BBC sebagai biksu Buddha paling radikal yang gemar menyebarkan kebencian pada kaum minoritas muslim dengan mengatakan kelompok minoritas Islam akan menguasai negara.
Dalam laporannya, BBC Myanmar menyebut Wirathu mulai terkenal sejak ikut gerakan nasionalis antimuslim 969 pada 2001. Kelompok ini disebut ekstremis walau tak mengakui julukan itu. Wirathu pernah dihukum penjara 25 tahun pada 2003. Namun, pada 2010, dia dibebaskan bersama tahanan politik lain. (Baca pula: Rohingya Dibantai dan Diusir, di Mana Aung San Suu Kyi?)
Keluar dari penjara, Wirathu makin menggencarkan propagandanya. Dia membagikan video di Internet yang menyuarakan peringatan antimuslim. "Muslim menyerang gadis Myanmar tak bersalah, memperkosa mereka," ujarnya dalam salah satu video. Wirathu dengan terbuka menyatakan bangga disebut pemeluk Buddha radikal.
Wirathu juga pernah masuk halaman muka majalah internasional Time pada Juli 2013. Judul yang diambil Time adalah The Face of Buddhist Terror? atau Inikah Wajah Teror Buddha?.
Dalam khotbahnya, Wirathu sering menjadikan komunitas muslim di Myanmar, khususnya Rohingya, sebagai target. "Dia memimpin gerakan yang mendesak muslim Rohingya dipindahkan ke negara dunia ketiga," bunyi laporan BBC. Biksu ini menyalahkan muslim atas pertikaian yang terjadi di Myanmar. (Baca: Jokowi Harap Dunia Internasional Bantu Pengungsi Rohingya)
Meski begitu, sikap Wirathu dibiarkan saja oleh pemerintah Myanmar karena menyuarakan pandangan politik populer. Awal tahun ini, lebih dari 2.500 pengungsi Rohingya menumpang kapal perdagangan manusia untuk menyeberangi Laut Benggala. Mereka akhirnya terdampar di Indonesia, Malaysia, dan Thailand dalam kondisi mengenaskan. (Simak: VIDEO: Perahu Kecil Aceh Selamatkan 433 Pengungsi Rohingya)
BBC | MOYANG KASIH DEWIMERDEKA