TEMPO.CO, Tripoli – Pertempuran sengit meletus pada Ahad, 20 Juli 2014 di sekitar Bandara Internasional Tripoli antara dua milisi. Pertempuran ini menewaskan sedikitnya empat orang dan memaksa ribuan orang mengungsi dari rumah mereka.
Pemerintah Libya menghadapi kebuntuan pada kekerasan paling serius di Tripoli sejak jatuhnya Muammar Khadafi pada 2011 lalu. Pemerintah dinilai rapuh menegaskan otoritas pada pemberontak yang berjuang untuk kekuasaan politik dan ekonomi itu.
Dalam bentrok ini, milisi menggunakan meriam anti-pesawat, rudal Grad dan roket di lingkungan Qasr Ben Ghashir sehingga membuat beberapa keluarga terjebak di rumah mereka sementara beberapa ribu lainnya melarikan diri.
Seorang saksi Reuters mengatakan kelompok bersenjata menduduki atap pada rumah yang saling berhadapan. Para penduduk terperangkap di antaranya. (Baca: Filipina Pulangkan 13 Ribu Warganya dari Libya)
Seorang dokter dari rumah sakit setempat mengatakan mereka telah menerima sembilan orang yang terluka dari daerah bentrokan. Namun, seorang pejabat Kementerian Kesehatan belum mengkonfirmasi korban jiwa.
Situasi di sekitar Bandara Tripoli memang memanas sejak pekan lalu. Sejak Presiden Muammar Qadhafi terguling pada 2011, Bandara Tripoli dikuasai oleh milisi Zintan. Dan, lewat laman resminya, militan Misrata mengklaim ingin membebaskan bandara dari kontrol Zintan dan menyerahkannya kepada pihak berwenang. Namun, pemerintah pusat mengecam penyerangan ini sebagai tindakan ilegal. (Baca: Dua Kelompok Militan Berebut Bandara Libya)
ANINGTIAS JATMIKA | REUTERS
Terpopuler
Hamas Tangkap Seorang Tentara Israel
iPad Milik Korban MH17 Kirim Pesan ke Keluarga
Tujuh Polisi Indonesia Masuk Tim Investigasi MH17