TEMPO.CO, Tripoli - Pengawal Pantai Libya menghentikan kapal pengangkut lebih dari 400 pengungsi dari berbagai negara di Timur Tengah menuju daratan Eropa, Kamis, 2 Februari 2017.
Pengumuman penghentian laju para pengungsi itu disampaikan pada Sabtu, 5 Februari 2017, oleh juru bicara Pengawal Pantai Libya, sehari setelah pemimpin Uni Eropa sepakat terhadap rencana kontroversial, yakni siap membantu menyalurkan imigran dari negara Afrika Utara.
Juru bicara Pengawal Pantai Libya, Jenderal Ayoub Qassem, mengatakan 431 orang dari empat perahu dikumpulkan antara Kamis dan Sabtu di laut lepas Kota Sabratha, 70 kilometer sebelah barat ibu kota Tripoli.
"Imigran ilegal itu datang dari negara sub-Sahara, sebagian besar terdiri dari kaum perempuan dan anak-anak," kata Qassem.
Menurut Qassem, 700 imigran diangkut dengan empat perahu pada 27 Januari 2017 dari kawasan yang sama.
Di antara pengungsi yang berada di perahu tersebut berasal dari Suriah, Tunisia, Libya, dan wilayah otoritas Palestina.
Libya, saat ini, telah menjadi titik tolak utama bagi orang-orang yang ingin meninggalkan Laut Mediterania dengan perahu menuju ke berbagai negara di Eropa semenjak perairan Turki dan Yunani ditutup pada 2016.
Para penyelundup manusia perahu Libya tidak pernah tersentuh hukum kendati kerap membahayakan orang-orang yang dikirim ke negara ketiga mengalami bahaya di tengah laut.
Tak jarang kapal yang disesaki imigran atau pengungsi kena badai di tengah laut sehingga tumpangan mereka pecah atau karam di tengah laut sebelum mendapatkan pertolongan.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN