TEMPO.CO, Bangkok - Penguasa militer Thailand menahan mantan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra pada hari Jumat, seorang pejabat senior mengatakan. Sebelumnya, dia dipanggil untuk memberi keterangan sehari setelah tentara menggulingkan pemerintahnya.
Selain menangkap Yinluck dan sejumlah politikus dari kedua kubu yang bertikai, pimpinan militer Thailand, Prayuth Chan-ocha, juga menetapkan rencana untuk masa depan Thailand, salah satunya melakukan reformasi sebelum pemilu. Akan tetapi, beberapa warga Thailand menantang darurat militer untuk memprotes pengambilalihan kekuasaan ini. (Militer Tahan Suthep dan 24 Politikus Thailand)
Prayuth meluncurkan kudeta setelah faksi yang bertikai menolak untuk berkompromi, menimbulkan kekhawatiran kekerasan yang serius dan merusak perekonomian Thailand. "Kami telah menahan Yingluck, adiknya, dan adik iparnya," kata seorang perwira senior militer kepada Reuters. Dua kerabatnya ini diketahui menduduki jabatan politik tertinggi di negara itu.
Dia menolak mengatakan di mana Yingluck ditahan. Namun, media mengatakan Yingluck berada di sebuah pangkalan militer di provinsi Saraburi, utara Bangkok. Tentara menahan para politikus dari kedua belah pihak pada hari Kamis setelah Prayuth mengumumkan pengambilalihan kekuasaan, yang mengundang kecaman internasional. (Baca:Foto muncul di Internet, Jurnalis Thailand Dipecat)
Sehari setelah kudeta, militer memanggil Yingluck ke sebuah pertemuan dan kemudian melarang dia dan 154 orang lain, termasuk para politikus dan aktivis, meninggalkan Thailand. Yingluck adalah adik Thaksin Shinawatra, taipan telekomunikasi yang pernah menjadi perdana menteri dan kini hidup di pengasingan di luar negeri. Dia digulingkan sebagai perdana menteri dalam kudeta militer tahun 2006. (Baca:Militer Thailand Ancam Tutup Facebook dan Twitter)
REUTERS | INDAH P
Terpopuler:
Kudeta, Wisatawan Thailand Bisa Beralih ke Bali
Ini 12 Perintah Militer Thailand Sebelum Kudeta
Dubes RI untuk Australia Kembali Pekan Depan