TEMPO.CO, Bangkok – Situasi Thailand yang memanas telah berdampak menurunnya jumlah kunjungan wisawatan ke negara ini. Ditambah lagi, sejak Selasa, 20 Mei 2014, militer Thailand telah mengumumkan darurat militer.
“Ini tidak baik untuk Bangkok dan untuk pariwisata Thailand,” kata Mario Hardy, Kepala Asosiasi Travel Asia-Pasifik di Bangkok, kepada Bangkok Post, kemarin.
Jumlah wisatawan bisa menurun 5 persen pada tahun ini. Sebab, pemerintah Amerika Serikat dan Hong Kong telah mengimbau warga mereka untuk berhati-hati jika ingin ke Thailand. Penurunan ini bakal menjadi yang terbesar sejak 2009. (Baca: WNI di Thailand Diimbau Jauhi Aksi Demonstrasi)
Menurut data, dalam empat bulan pertama tahun 2014 saja, jumlah wisatawan asing sudah turun 4,9 persen dibanding tahun sebelumnya. Hingga April 2014, hanya sekitar 8,6 juta wisawatan asing yang datang ke Thailand.
Penurunan jumlah wisatawan bisa terlihat dari pemesanan hotel. Menurut Bank of Thailand, pada Maret 2014, hanya 26 persen pengunjung hotel yang melakukan pemesanan di muka. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan Maret 2013 yang mencapai 32 persen pemesanan di muka.
Tak hanya itu, akibat kekacauan politik, Singapore Airlines telah membatalkan 43 penerbangan ke Bangkok dari 14 Januari 2014 hingga 27 Februari 2014.
Belum ada tanda kapan situasi Thailand akan membaik. Darurat militer yang diberlakukan sejak kemarin justru dianggap akan semakin memanaskan situasi. Banyak yang menilai darurat militer sebagai cara halus untuk melakukan kudeta. Namun pihak militer membantah anggapan itu dan berdalih bahwa darurat militer diberlakukan untuk melindungi seluruh warga Thailand.
ANINGTIAS JATMIKA | BANGKOK POST
Berita lain:
Kota Ini Tawarkan Berpingpong tanpa Busana
Darurat Militer, 10 Stasiun TV Thailand Ditutup
Militer Thailand Terapkan Darurat Militer