TEMPO.CO, Hong Kong - Polisi Hong Kong menutup rumah-rumah bordir yang didirikan dari bekas toilet umum di sebuah pusat perbelanjaan, Jumat, 17 Januari 2014.
Para pekerja seks umumnya berasal dari Cina daratan. Bekas toilet di pusat perbelanjaan yang sebagian besar kosong di Distrik Yuen Long, Hong Kong diubah menjadi kamar-kamar mungil yang bisa diisi satu perempuan. Blok seluas 14 meter persegi di lantai dua gedung perbelanjaan menjadi tempat tinggal sekaligus bekerja.
“Ini untuk pertama kalinya polisi menemukan toilet umum yang diubah menjadi rumah bordil,” kata Inspektur Polisi Kwok-hoi, seperti dikutip surat kabar Hong Kong, South China Morning Post.
Dalam operasi penumpasan kejahatan geng itu, polisi menemukan tujuh rumah bordil. Selain toilet, ada juga yang menggunakan toko dan kantor kosong. Para mucikari hanya menerima pelanggan rutin. Mereka punya kode rahasia sebagai isyarat agar diperbolehkan masuk.
“Penyelidikan awal menunjukkan lebih dari 100 pelanggan mengunjungi ketujuh rumah bordil setiap hari,” kata Law. Tiap kali pelayanan dikenakan biaya HK$ 250 atau sekitar Rp 400 ribu.
Polisi menangkap 51 perempuan dan 35 laki-laki berusia antara 17 hingga 72 tahun dalam dua hari operasi yang digelar sejak Selasa. Selain pusat perbelanjaan tersebut, polisi juga merazia 20 tempat lainnya.
Meski prostitusi di Hong Kong tidak melanggar hukum tetapi mendapatkan penghasilan dari prostitusi adalah kejahatan.
Ratusan pekerja seks beroperasi di rumah-rumah bordil satu ruangan, sauna dan bar di kota berpenduduk tujuh juga tersebut. Beberapa di antaranya independen, tetapi banyak juga, khususnya yang b erasal dari Cina daratan, dikendalikan oleh triad di kota itu.
WEST AUSTRALIAN | NATALIA SANTI
Berita Terpopuler
Ani Yudhoyono: Ini Tustel Pribadi, Paham?
Adnan Buyung Tantang KPK Bawa Anas ke Pengadilan
Jokowi Dapat Teguran Gamawan
Ani Yudhoyono Berang Ditanya Kepemilikan Kamera
Elektabilitas Turun, Jokowi Masih Unggul Jauh