TEMPO.CO, Jerusalem – Sementara ribuan warga Israel datang melayat untuk memberikan penghormatan terakhir kepada mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon, suara-suara sumbang justru terdengar di luar Israel. Sebagian orang justru berpendapat bahwa Sharon lebih tepat disebut sebagai sebuah musibah daripada berkah.
Dilaporkan Washington Post, Senin, 13 Januari 2014, sejumlah pemuda Palestina di kamp pengungsi Khan Younis membakar foto Sharon dan membagikan permen sebagai perayaan kematian pria berusia 85 tahun ini. Seorang pemimpin Partai Fatah di Ramallah menyebutnya sebagai penjahat perang. Seorang juru bicara kelompok Islam Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, juga mengatakan tangan Sharon telah "berlumuran darah Palestina".
Penilaian tajam terhadap Sharon tidak hanya terlontar dari warga Palestina saja. Seorang sejarawan kiri ingat betul saat Sharon menyebabkan invasi di Libanon pada 1982. Begitu pula dengan pembantaian di Sabra dan Shatila, Beirut, pada tahun lalu. Sharon dianggap sebagai musibah bagi beberapa negara tersebut.
Sharon, meninggal pada usia 85 tahun pada Sabtu, 11 Januari 2013. Sharon meninggal dalam perawatan di Sheba Medical Center di luar ibu kota Tel Aviv.
Jenazahnya kini disemayamkan di gedung parlemen Israel, Knesset, sebelum dimakamkan di peternakan miliknya, Shikmim, Israel siang nanti, Senin 13 Januari 2014. Sebelum dimakamkan, akan ada acara penghormatan terakhir bagi mantan pemimpin militer dan tokoh politik di Israel ini.
ANINGTIAS JATMIKA | WASHINGTON POST
Berita lain:
Israel Digeruduk 30 Ribu Pencari Suaka Afrika
Puluhan Migran Afrika Minta Suaka Israel
Israel Sudah Bersiap Makamkan Ariel Sharon
Muasal Julukan 'Jagal dari Beirut' Ariel Sharon
Ariel Sharon Alami Gagal Organ Tubuh