TEMPO.CO, Bagdad - Polisi Irak menyerbu markas pengunjuk rasa anti-pemerintah, Senin, 30 Desember 2013. Markas di Ramadi, Provinsi Anbar ini dicurigai oleh Perdana Menteri Nuri al-Maliki sebagai pusat gerakan Al-Qaidah. Demikian bunyi siaran televisi Iraqiya, Senin, 30 Desember 2013.
"Polisi lokal bergerak menuju tenda-tenda demonstran di Provinsi Anbar," bunyi siaran televisi Iraqiya. Serbuan polisi itu dilakukan setelah ada kesepakatan antara pasukan keamanan, tokoh agama, dan pimpinan kaum setempat.
Unjuk rasa pecah di kawasan yang dihuni mayoritas kaum Sunni Irak tahun lalu menyusul penahanan Menteri Keuangan Rafa al-Essawi, seorang politikus Sunni, dengan tuduhan mendalangi aksi terorisme.
Dalam sebuah rekaman yang diperoleh Al-Arabiya disebutkan bahwa kaum Sunni Irak merasa dipinggirkan oleh kaum Syiah yang sedang memegang kekuasaan di negeri itu serta taktik tangan besi oleh militer terhadap mereka.
Pada November 2013, Perdana Menteri Nuri al-Maliki mengatakan, unjuk rasa yang terjadi di dekat Ramadi adalah aksi melanggar hukum. Menurut Maliki, Ramadi telah menjadi markas gerakan Al-Qaidah.
"Mereka yang berada di lokasi itu sebaiknya pergi dan tidak bergabung dengan Al-Qaidah," kata Maliki, seorang Syiah, di depan layar televisi.
Kekerasan di Irak tak juga berhenti. Data pemerintah Irak menyebutkan lebih dari 6.750 orang tewas dalam berbagai aksi kekerasan sejak awal tahun ini.
AL ARABIYA | CHOIRUL