TEMPO.CO, Phnom Penh - Ieng Sary, bekas pemimpin Khmer Merah yang diadili karena melakukan pembunuhan massal dan kejahatan perang, meninggal. Demikian kabar yang disampaikan mahkamah pengadilan kejahatan perang kepada media, Kamis, 14 Maret 2013.
Kakek berusia 87 tahun itu merupakan salah seorang yang terlibat dalam aksi-aksi brutal rezim Kamboja atas pembasmian sekitar dua juta penduduk pada 1970-an. Dia meninggal di sebuah rumah sakit, Kamis, 14 Maret 2013, setelah kondisi kesehatannya terus menurun.
"Kami benarkan bahwa Ieng Sary meninggal pagi ini setelah dirawat di rumah sakit sejak 4 Maret 2013," kata Lars Olsen dari PBB, yang menyeret sang kakek ke mahkamah kejahatan perang.
Hingga saat ini penyebab kematiannya belum diumumkan. Namun, sudah lama ia diketahui mengidap tekanan darah tinggi dan masalah jantung. Ketika dibawa ke sebuah rumah sakit di Phnom Penh, kondisinya lemah dan kelelahan.
"Kami kecewa karena tak dapat melanjutkan proses peradilan terhadap Ieng Sary," ujar Olsen. Dia menambahkan, kasus yang melibatkan koleganya, Nuon Chea, seorang Kepala Ideologi Khmer Merah dan Khieu Samphan, bekas kepala pemerintahan, akan berlanjut terus dan tidak akan dihentikan.
Sary diseret ke mahkamah kejahatan perang bersama dua rekannya bekas pemimpin Khmer Merah yang berusia 80-an tahun. Ada kekhawatiran kedua pemimpin brutal itu meninggal sebelum ada keputusan hakim mahkamah kejahatan perang.
Dia mendirikan Khmer Merah bersama iparnya, Pol Pot. Rezim komunis itu berkuasa di Kamboja dari 1975-1979. Mereka mengklaim pemerintahannya sedang membangun masyarakat sosialis murni dengan mengusir orang-orang kota untuk bekerja di kamp kerja paksa di daerah pedesaan. Kebijaksanaan pemerintahannya yang begitu radikal menyebabkan kematian sekitar 1,7 juta penduduk akibat kelaparan, penyakit, kerja paksa, dan eksekusi.
Istri Sary, bekas Menteri Urusan Sosial, Ieng Thith, juga sempat diseret ke meja hijau. Namun, proses peradilan terhadap dirinya dibatalkan karena dianggap tidak layak untuk diadili. Saat itu, dia menderita penyakit mental degeneratif, diduga terkena Alzheimer.
Pada masa rezim Khmer Merah, Sary adalah Menteri Luar Negeri, sekaligus dikenal sebagai seorang diplomat ulung. Namanya melambung di kancah internasional dibandingkan dengan kejahatannya.
AL JAZEERA | CHOIRUL