TEMPO.CO, London - Lembaga amal berbasis di London melaporkan, Rabu, 13 Maret 2013, bahwa anak-anak Suriah telah menjadi korban kekerasan, perkosaan, mengalami trauma, bahkan ditembak mati.
Dua juta anak di sana, jelas lembaga ini, dihadapkan pada masalah gizi, serangan penyakit, serta menjadi korban kekerasan akibat yang ditimbulkan oleh konflik berdarah yang memakan jiwa 70 ribu orang.
"Ini adalah sebuah perang dimana kaum perempuan dan anak-anak menjadi korban paling besar," kata Justin Forsyth, Direktur Eksekutif Save the Children, kepada Reuters selama kunjungannya ke Libanon, tempat 340.000 warga Suriah mengungsi.
Forsyth katakan, dia bertemu dengan seorang bocah pengungsi Suriah berusia 12 tahun yang menyaksikan sahabat dekatnya tewas ditembak di luar toko roti. "Sahabatnya ditembak di sekitar jantungnya."
Dia menambahkan, anak-anak itu juga mengalamai siksaan, misalnya disundut rokok. Mereka berada di dalam sel penjara bersama 150 orang lainnya, berikut 50 anak-anak.
Selain siksaan, anak-anak itu juga diperkosa. Menurut Forsyth, perkosaan digunakan untuk menghukum orang terutama diberlakukan pada masyarakat konservatif. "Dalam semua konflik, lebih dari 50 persen perkosaan terjadi pada anak-anak. Saya yakin aksi ini terjadi pula dalam konflik (di Suriah)," kata Forsyth.
REUTERS | CHOIRUL
Baca juga
Kardinal Ini Nge-Tweet Sebelum Pemilihan Paus
Mantan Jenderal Malaysia Sebut Intelijennya 'Payah'
Malaysia Minta Tentara Sulu Disebut 'Teroris'
Venezuela Selidiki Dugaan Chavez Mati Diracun