TEMPO.CO, Damaskus - Jihad Makdisi, bekas juru bicara Kementerian Luar Negeri Suriah, menyatakan bahwa dirinya bersikap netral dalam konflik yang telah berlangsung 23 bulan dan memakan korban lebih dari 60 ribu jiwa itu.
Sikap terbuka tersebut disampaikan pertama kali sejak dia meninggalkan negaranya pada Desember 2012.
"Saya meninggalkan negara karena ada polarisasi di negara yang menyebabkan sebuah kematian dan kerusakan. Saya meninggalkan medan tempur, bukan sebuah negara normal, dan saya meminta maaf kepada siapa saja yang mempercayai kredibilitas saya karena meninggalkan negara tanpa memberi tahu terlebih dahulu," ujarnya dalam sebuah pernyataan yang disampaikan melalui e-mail, Rabu, 13 Februari 2013.
Makdisi, yang merupakan orang yang memiliki hubungan sangat dekat dengan rezim Presiden Bashar al-Assad, tak muncul di depan publik sejak Desember 2012. Sekarang ini, ia menjelaskan, dia tidak bersama dengan Damaskus (pemerintah) maupun oposisi, yang sedang bertempur untuk menjatuhkan rezim Assad selama sekitar dua tahun.
"Saya tak bergabung dengan siapa pun, saya independen," kata Makdisi. Dia menambahkan, dia tak memiliki rahasia apa pun dan bukan bagian dari proses pengambil keputusan rezim. "Saya berharap bisa tinggal di tanah Suriah, tetapi di sana sudah tidak ada ruang lagi untuk modernisasi akibat chaos," kata Makdisi.
AL JAZEERA | CHOIRUL