TEMPO.CO, Akobo - Sejumlah pemberontak Sudan menyerang dengan senjata berat hingga menewaskan 103 orang di negara bagian Jonglei, Sudan Selatan. Mereka yang tewas terdiri atas anak-anak dan perempuan.
Kuol Manyang Juuk, gubernur negara bagian Jonglei, pada Ahad lalu mengatakan serangan di daerah Akobo, pada Jumat, 8 Februari 2013 juga menewaskan 17 penyerang dan 14 anggota militer Sudan Selatan (SPLA). Militer tadi mengawal pemindahan binatang ternak penduduk setempat.
Kawasan sebelah utara negara bagian Jonglei selama bertahun-tahun memang dilanda peperangan. PBB menyebut lebih dari 2.600 kekerasan terjadi di Jonglei mulai dari Januari 2011 hingga September 2012 di Sudah Selatan. Komisioner Daerah Akobo, Goi Joyul, mengatakan serangan seperti ini berlangsung bertahun-tahun saat anggota etnis Lou Nuer memindahkan binatang ternak menyeberang Sungai Sobat.
Komisioner Goi Joyul menjelaskan, beberapa orang yang selamat dari serangan itu menyaksikan para penyerang menggunakan granat roket, parang, dan tombak. Menurut Joyul, kekerasan mematikan pada Jumat, 8 Februari 2013 dipercaya dilakukan oleh pemberontak yang dipimpin oleh David Yau Yau. Yau Yau adalah bekas anggota militer Sudan Selatan dari etnis Murle yang gagal memenangkan perebutan kursi di parlemen pada pemilihan umum Sudan, April 2010.
Komite Palang Merah Internasional mengatakan, lembaganya telah mengirimkan satu tim ke Akobo untuk membantu para korban cedera akibat serangan tersebut. Pada November 2012, organisasi kemanusiaan Doctors Without Borders menerangkan, kekerasan di Jonglei kian meningkat hingga mengakibatkan persoalan kemanusiaan.
Hinggga saat ini, kata Joyul, ratusan anggota keluarga hilang. "Serangan mereka menyebabkan ratusan orang, termasuk anak-anak dan kaum perempuan, tidak kembali ke rumah masing-masing," kata Joyul.
AL JAZEERA | CHOIRUL