TEMPO.CO, Bamako - Angkatan Udara Prancis melancarkan serangan paling gres ke Kota Gao, Mali Utara, yang dikuasai oleh pemberonak MUJAO, kelompok bersenjata yang berafiliasi ke Al-Qaeda, Ahad, 13 Januari 2013.
Sebelumnya negeri penjajah Mali itu sudah dua kali menyerang wilayah Mali. Akibat gempuran dari langit itu, warga menjelaskan kepada kantor berita AFP, sejumlah pangkalan para pemberontak hancur dan memaksa pejuang melarikan diri.
Baca Juga:
Serangan ke Gao, kota terbesar di padang pasir yang dikuasai oleh pejuang, merupakan serangan hari ketiga Prancis setelah adanya serangan yang meransek ke daerah-daerah yang dikuasai pemberontak sejak April 2012.
"Ada puluhan kali serangan udara dari pasukan Prancis ke Gao dan sekitarnya. Seluruh markas pemberontak Islam hancur," kata seorang warga kepada AFP melalui telepon.
Pada serangan lain, Ahad, pasukan udara Prancis menyerang sebuah kamp yang digunakan oleh pejuang Jihadis sebagai tempat menyimpan amunisi dan perlengkapan tempur lainnya bagi kepentingan kelompok Ansar Dine.
Sejumlah saksi mata mengatakan, jet-jet tempur menghantam beberapa kamp pejuang di Lere, sekitar 150 kilometer sebelah utara Konna, kota kunci bagi Prancis untuk mengambil alih kembali sejumlah daerah yang dikuasai pemberontak.
"Kamp Lere yang telah ditinggalkan oleh pasukan Mali dan digunakan untuk markas oleh pemberontak Islam benar-benar rata akibat serangan udara," kata pejabat lokal melalui telepon dari Mauritania, tempat dia mengungsi.
Koresponden Al Jazeera, Mohammed Adow, melaporkan dari ibu kota Bamako, otoritas mengklaim berhasil menguasai kembali daerah yang diduduki oleh pemberontak. Namun, tak dapat dipungkiri telah jatuh korban di kalangan sipil.
"Wali Kota Kono mengatakan, sedikitnya tiga anak kecil meninggal dunia akibat melompat ke sungai. Ketiganya mencoba menghidari gempuran udara," kata Adow.
Serangan pertama melawan pemberontak yang mengusai utara Mali menyebabkan setidaknya 11 orang tewas, termasuk tiga anak kecil. Gempuran udara Prancis juga menghancurkan gudang senjata dan amunisi yang digunakan oleh Ansar Dine, yang artinya Pelindung Iman. Pemimpin kelompok bersenjata ini memiliki hubungan dengan Al-Qaeda di Maghribi Islam.
Menurut sumber-sumber keamanan yang tak bersedia disebutkan namanya, serangan Ahad, juga menyasar ke Douentza dan Nampala.
Kehadiran pasukan Prancis ini sebagai jawaban atas permintaan Presiden Mali Dioncounda Traore terhadap negara penjajah karena pasukannya kedodoran menghadapi perlawanan para pemberontak terutama di wilayah utara. Keterangan tersebut disampaikan oleh duta besar Prancis untuk PBB Gerard Araud, kepada wartawan seusai mengadakan pertemuan darurat dengan Dewan Keamanan PBB, Kamis, 10 Januari 2013.
Araud mengatakan, resolusi Dewan Keamanan berisi seruan kepada seluruh anggota agar memberikan bantuan dalam memecahkan krisis Mali di semua aspek, termasuk masalah militer dan politik. "Dewan juga perlu memberikan dukungan kepada otoritas negara ini untuk mengakhiri ancaman teroris."
AL JAZEERA | CHOIRUL