TEMPO.CO, Bamako - Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita menuding organisasi yang berafiliasi dengan Al-Qaeda, Al-Mourabitoun, bertanggung jawab atas insiden penyerbuan dan penyanderaan 170 tamu hotel mewah Radisson Blu, Jumat, 20 November 2015, yang menewaskan sedikitnya 27 orang.
Dalam wawancara pertama sejak serangan Jumat pekan lalu itu, Presiden Keita mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pernyataannya itu memang terlalu dini, walaupun sumber intelijennya menyebutkan ada kelompok lain, yakni Front Pembebasan Macina, yang kuat diduga sebagai pelaku penyerangan hotel.
Baca Juga:
"Al-Mourabitoun sebagai pelaku penyerbuan hotel, tetapi pada malam ini ada informasi yang menyebutkan bahwa ada indikasi Front Pembebasan Macina berada di balik serangan tersebut," ucap Keita.
Sebuah serangan dilakukan sejumlah pria bersenjata terhadap hotel mewah di ibu kota Mali, Bamako, Radisson Blu, Jumat, 20 November 2015. Hotel ini menjadi langganan tamu asing bila mereka berada di Bamako. Akibat serangan tersebut setidaknya 27 orang tewas dan puluhan lainnya cedera. Mali dihadapkan pada berbagai serangan bersenjata tahun ini.
Tak lama setelah insiden penyerbuan hotel, sejumlah anggota kelompok bersenjata Al-Mourabitoun mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, seraya mengatakan mereka berkoodinasi dengan kelompok Imarat Al-Shara dan Al-Qaeda untuk melakukan aksi mematikan itu.
"Dinas intelijen kami sedang bekerja dan memproses berbagai informasi yang kami peroleh," ujar Presiden Keita kepada Al Jazeera. Serangan mematikan di Bamako tersebut merupakan titik balik sangat tajam bagi Prancis yang menempatkan 3.500 pasukan di negeri bekas jajahannya itu.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN