TEMPO.CO, Dili - Lebih dari 600 ribu warga Timor Leste yang punya hak suara hari ini memilih presiden untuk periode jabatan 2012-2017. Pemilu hari ini tampaknya bakal menjadi pertarungan sengit bagi Presiden Jose Ramos-Horta, yang maju lagi. Ramos-Horta, 63 tahun, bersaing dengan 11 kandidat. Beberapa rival Horta juga memainkan peran utama dalam perjuangan kemerdekaan Timor Leste.
Ramos-Horta, presiden negara termuda Asia itu, harus bersaing keras dengan Fransisco Guterres, figur penting Fretilin yang mendapat julukan Lu Olo. Yang juga berpeluang besar adalah mantan Komandan Angkatan Bersenjata, Mayor Jenderal Jose Maria Vasconcelos, pahlawan Timor Leste yang lebih dikenal dengan nama Taur Matan Ruak. Selain ketiganya, ada kandidat Fernando "Lasama" do Araujo, ketua parlemen yang bisa menjadi kuda hitam.
Baca Juga:
Namun Horta tak gentar menghadapi mereka. "Jika saya terpilih untuk periode kedua, saya akan lanjutkan kesuksesan saya saat ini dengan damai," kata Ramos-Horta di hadapan pendukungnya di Distrik Maliana, barat daya Dili, Rabu lalu, seperti dilaporkan Reuters, Jumat, 16 Maret 2012.
Di negeri yang tidak memiliki tradisi polling politik itu, hasil pemilu sulit diprediksi. Ramos-Horta sendiri tidak mendapat dukungan dari salah satu partai politik utama setelah mendapat kritikan atas kinerjanya dalam beberapa tahun terakhir.
Fretilin, partai tunggal terbesar dalam parlemen, mendukung Guterres. Adapun Partai National Congress for Timorese Reconstruction (CNRT), yang juga partai Perdana Menteri Xanana Gusmao, mengalihkan dukungannya tahun ini dari Ramos-Horta ke Taur Matan Ruak, teman dekat Gusmao dan bekas komandan Falintil.
Hingga kemarin, dari pantauan Tempo, suasana di Ibu Kota Dili tampak kondusif. Komandan Polisi Nasional Timor-Leste, Komisaris Longuinhos Monteiro, mengatakan ratusan polisi diturunkan ke setiap tempat pemungutan dan ribuan anggota pasukan akan memantau untuk mewaspadai terjadinya konflik.
Dia menambahkan, jumlah anggota polisi di setiap tempat pemungutan tergantung daerah yang teridentifikasi. “Kalau di tempat pemungutan itu teridentifikasi konflik, diturunkan lima sampai enam polisi. Tapi, kalau tempat itu aman, diturunkan empat polisi,” ujar mantan Kepala Kejaksaan Umum ini.
JOSE SARITO AMARAL (DILI) | THE AUSTRALIAN | REUTERS | THE AGE | DWI ARJANTO