TEMPO.CO, Dili - Calon Presiden Franssico Guteres alias Lu Olo sementara unggul dalam pemilu presiden atau pilpres Timor Leste yang digelar Senin lalu.
Berdasarkan hasil perhitungan suara sementara oleh STAE (Sekretariat Teknik Administrasi Pemilihan Umum) Timor Leste hingga Selasa 21 Maret 2017 pukul 02.00 waktu Timor Leste, dengan jumlah suara yang masuk sebanyak 37,55 persen, calon Presiden nomor urut 2, Lu Olo sementara unggul dengan 60.96 persen suara atau 112.150 suara.
Baca juga:
Baca: Pemilu Timor Leste, Kandidat dari Fretelin dan Demokrat Bersaing
Antonio da Conceicao ‘Kalohan’, nomor urut 8 meraih 29.29 persen atau 56.885 suara dan berada di jawara kedua.
Selanjutnya, Antonio Maher 1.85 persen, Amorin Viera 0.80 persen, Jose Neves 1,86 persen, Jose Luis Guterres 2.71 persen, Angela Fretas 0.82 persen, dan Luis Alves Tilman 1.71 persen.
Capres Lu Olo, sebelumnya kepada wartawan optimistis akan menang satu putaran pada pemilu Presiden 2017 ini. "Saya yakin menang satu putaran," kata Lu Olo.
Lantas siapakah Lu-Olo? Seperti dilansir BBC, Selasa 21 Maret 2017, Lu-Olo adalah presiden Partai Fretilin. Dalam pilpres kali ini mendapat dukungan dari Xanana Gusmao, mantan gerilyawan dan pemimpin CNRT yang memiliki pengaruh besar di panggung politik Timor Leste.
Lu Olo berasal dari keluarga sederhana dan aktif terlibat dalam gerakan bersenjata untuk membebaskan Timor Leste dari Indonesia.
"Saya ingin mengubah nasib warga di semua sektor, seperti kesehatan, pendidikan, dan kehidupan ekonomi yang berkelanjutan," katanya.
Setelah referendum 1999 yang menjadi dasar kemerdekaan Timor Leste, Lu-Olo terjun di dunia politik.
Pada 2007 ia ikut di pilpres dan kalah saat digelar pemungutan suara putaran kedua.
Ia juga mencalonkan diri di pemilihan presiden 2012, tapi kalah suara dari presiden saat ini, Jose Maria Vasconcelos, yang juga dikenal dengan nama populernya, Taur Matan Ruak.
Ruak sendiri tidak ambil bagian dalam pilpres kali ini diperkirakan akan menjadi perdana menteri setelah pemilu parlemen bulan Juli.
Jika tak ada calon yang meraih 50 persen suara, akan digelar pemunguatan suara putaran kedua bulan April.
Para pengamat mengatakan tantangan bagi pemerintah mendatang adalah mengurangi ketergantungan Timor Leste dari penerimaan minyak dan menambah pemasukan dari sumber-sumber lain seperti pertanian dan manufaktur.
Tantangan lain adalah mewujudkan kehidupan politik yang stabil di negara yang baru merdeka pada 2002 lalu.
"Persaingan politik (yang tajam) bisa memicu ketegangan," kata Damien Kingsbury, analis masalah Timor Leste dari Universitas Deakin, Australia, seperti dikutip kantor berita AFP.
Kingsbury memperkirakan Timor Leste akan dipimpin oleh satu pemerintah persatuan setelah pemilu parlemen. Namun ia menambahkan tidak adanya oposisi yang kuat bisa melemahkan akuntabilitas pemerintah.
Selain Lu-Olo, ada tujuh kandidat lain yang ikut serta dalam pilpres 2017, pilpres pertama sejak pasukan PBB mundur dari Timor Leste pada 2012.
YOHANES SEO | BBC