Baca Juga:
O’Neill punya jasa besar kepada ExxonMobil. Dia berhasil menyelesaikan persoalan sengketa tanah--yang bakal dipakai ExxonMobil--di Provinsi Southern Highlands. Daerah tersebut memang dikenal sebagai tempat dengan potensi konflik tinggi di antara para kepala suku. O’Neill menjanjikan kemudahan kepada ExxonMobil melalui undang-undang tentang pertambangan.
Ia juga akan memojokkan perusahaan lawannya. Perusahaan pengolah kayu Rimbunan Hijau, yang diduga telah mencuri 5,2 juta hektare tanah di bawah rezim Somare, akan dibawa ke Komisi Penyelidikan Sewa Bisnis Pertanian. Metallurgical Corporation, yang semula dibiarkan membuang limbah beracun ke laut, juga terancam.
Pemerintah Australia jelas mendukung O’Neill. Perdana Menteri Julia Gillard pada Oktober lalu, saat menerima kunjungan O’Neill, menyatakan Papua Nugini merupakan rekan Australia. Australia pun segera mengirim polisi dan militer untuk ditempatkan di Papua Nugini. Namun, enam tahun lalu, Somare mengusir 150 polisi Australia dari negaranya.
Sedangkan Menteri Luar Negeri Australia, Kevin Rudd, melalui akun Twitter-nya, menyatakan telah membahas krisis Papua Nugini dengan mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton saat mengunjungi Washington. Dalam sambutannya pada konferensi pers singkat bersama, Rudd menekankan komitmennya mendorong diplomasi agresif pemerintah Obama di Asia-Pasifik untuk melemahkan pengaruh Cina.
BB, Eko Ari (TVNZ News, Sydney Morning Herald, Xinhua, Forestnetwork.com, Deutsche Presse Agentur, www.goondiwindiargus.com.au)
Berita Terkait:
Ada Dua Kubu Perdana Menteri di Papua Nugini
Ini Kesaksian Pilot Jet Falcon Papua Nugini
Unjuk Rasa di Kedubes RI Port Moresby Dibubarkan
Hikmahanto: Cari Tahu Apa Penyebab PNG Marah
Beginilah Aksi 37 Menit 'Menjepit' Jet Papua Nugini