TEMPO Interaktif, Tripoli - Letaknya bersebelahan dengan taman makam pahlawan. Berada di kawasan Al-Hani, sekitar 300 meter dari rumah cucunya, Aisyah Qaddafi, dan tempat tinggal Mu'tasim Billah Qaddafi (kurang lebih setengah kilometer). Makam dari Hamid Buminyar al-Qadhafi ini bisa ditempuh sepuluh menit dengan mobil dari Midan Syuhada.
Di lapangan itulah pemimpin Libya terguling biasa berpidato. Sebelum Revolusi 17 Februari, alun-alun itu disebut Lapangan Hijau. Setelah Qadhafi dan anak-anaknya kabur dari Ibu Kota Tripoli, saban malam ribuan warga berkumpul, bergembira, memperingati jatuhnya rezim Qadhafi yang sudah berumur 42 tahun.
Hamid Buminyar al-Qadhafi adalah ayah dari Muammar Qadhafi. Ia tewas pada 8 Mei 1935 dalam pertempuran menghadapi penjajah Italia. Negeri Pizza itu hengkang dari Libya pada 1947. Namun Negara Arab Magroibi ini baru memperoleh kemerdekaan penuh dari Inggris dan Prancis melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 24 Desember 1951.
Kubur Qadhafi senior ini bersebelahan dengan taman makam pahlawan. Karena itu, menurut warga sekitar, presiden mana saja yang datang ke Tripoli, setelah meletakkan karangan bunga di monumen pahlawan, mereka juga memberikan mendiang Hamid Qadhafi hadiah serupa.
Tradisi semacam itu pula, kata seorang warga di sana, juga dilakukan mantan Presiden Indonesia Megawati Soekarnoputeri saat melawat ke sana pada September 2003. Seolah mengikuti jejak ayahnya, Megawati juga bertandang ke Tunisia dan Aljazair. “Saya melihat itu di televisi,” kata seorang pria yang menolak disebutkan identitasnya itu.
Saat Tempo berziarah ke makam Hamid Qadhafi, Jumat siang, 9 September 2011, suasana begitu sepi. Pintu masuk berupa pagar besi bercat hijau dibiarkan terbuka. Kondisi makam tidak terurus. Nisannya terbelah dan tidak berada di posisi semestinya. Kubur dan nisan aba dari Qaddafi ini dilapisi batu granit.
Tulisan bismillahirrahmanirrahim di nisan tidak lagi utuh. Batu nisan itu juga menyebut Hamid Qadhafi adalah seorang pejuang yang tewas saat berperang melawan pasukan Italia. Di alinea kedua, tergores pujian buat putranya, Muammar Qadhafi. Qaddafi junior disebut sebagai pahlawan dengan Revolusi Fatah saat mengggulingkan Raja Idris. Ia juga berani menentang Amerika Serikat dan Inggris.
Hamid Qadhafi tidak sendirian terbaring di sana. Ada sekitar 50 makam yang menempati lahan seluas 300 meter persegi itu. Mereka adalah korban dari serangan jet-jet tempur Amerika terhadap kediaman Muammar Qadhafi di Bab al-Aziziyah. Hingga kini, empat rudal masih dibiarkan tergeletak di ruang tamu rumah itu.
Pengeboman itu berlangsung pada 15,16, dan 17 April 1986. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa putri angkat Qadhafi, Hana, terbunuh dalam insiden itu. Namun, kata Saleh, 32 tahun, rakyat Libya, meyakini Hana masih hidup.
Sekitar tiga langkah ke kanan dari makam Hamid Qadhafi, berdiri monumen untuk mengingatkan pada serangan negara adikuasa itu. Tugu peringatan setinggi dua meter itu bertulisan, “Serbuan Amerika telah mencabut nyawa warga Tripoli.”
Seperti tempat-tempat milik keluarga Qadhafi lainnya, menurut Saleh, dulu tidak ada yang berani mendekati apalagi memasuki kuburan itu. Di seberang jalan depan makam, berdiri sebuah pos yang tadinya dijaga ketat oleh tentara Qadhafi.
Hamid Qadhafi kini tinggal sendirian di Tripoli. Putra, cucu, dan cicitnya sudah pergi. Karena ulah mereka, rasanya tidak ada rakyat Libya yang mau menziarahi atau mendoakan dirinya.
FAISAL ASSEGAF (TRIPOLI)